Inflasi Juni 2025 Lebih Tinggi dari Perkiraan, Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Meroket!

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi Indonesia untuk bulan Juni 2025 sebesar 1,87% secara tahunan (year-on-year/YoY). Angka ini sedikit melampaui perkiraan konsensus di 1,83% YoY, meskipun masih sejalan dengan target Bank Indonesia (BI) yang berada di kisaran 1,5–3,5%. Kenaikan inflasi ini didorong oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama komoditas emas perhiasan. Selain itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga memberikan andil signifikan.

Secara bulanan (month-on-month/MoM), Indonesia mencatat inflasi sebesar 0,19%. Sementara itu, inflasi inti menunjukkan penurunan ke level 2,37% YoY, sedikit di bawah ekspektasi pasar.

Di sisi lain, kabar baik datang dari neraca perdagangan Indonesia. Pada bulan Mei 2025, surplus neraca perdagangan mencapai US$4,3 miliar, jauh melampaui ekspektasi konsensus yang memperkirakan surplus sebesar US$2,4 miliar. Lonjakan surplus ini didukung oleh pertumbuhan ekspor yang fantastis, mencapai +9,68% YoY. Kinerja impor juga positif, tumbuh +4,14% YoY.

Secara kumulatif, selama lima bulan pertama tahun 2025 (5M25), neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$15,38 miliar. Kenaikan ekspor didorong oleh peningkatan signifikan pada kelompok lemak dan minyak hewani/nabati, terutama Crude Palm Oil (CPO). Sementara itu, impor mengalami peningkatan yang lebih moderat, terutama ditekan oleh penurunan impor minyak mentah.

Implikasi Kebijakan

Kombinasi angka inflasi yang terkendali dan surplus neraca perdagangan yang kuat membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan. Konsensus pasar memperkirakan BI akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps lagi hingga akhir tahun 2025, menjadi 5%.

Berita Korporasi Terkini

  • Mitra Adiperkasa (MAPI): Menargetkan pertumbuhan laba bersih low-single digit pada tahun 2025, dengan pendapatan high-single digit. MAPI menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp2 triliun untuk ekspansi, termasuk pembukaan 40 gerai Starbucks baru.
  • Merdeka Copper Gold (MDKA): Mencatat rugi bersih sebesar US$3,7 juta pada kuartal pertama 2025 (1Q25).
  • Merdeka Battery Materials (MBMA): Mengalami rugi bersih sebesar US$3,5 juta pada 1Q25.
  • Medco Energi Internasional (MEDC): Mendapatkan fasilitas kredit hingga US$500 juta untuk strategi pendanaan jangka menengah.
  • Yupi Indo Jelly Gum (YUPI): Akan membagikan total dividen sebesar Rp187,3 per saham, mengindikasikan dividend yield sebesar 8,6%.
  • Gajah Tunggal (GJTL): Membagikan dividen sebesar Rp50 per saham, setara dengan dividend yield 4,5%.

Isu Hangat Lainnya

  • Pemerintah melakukan deregulasi kebijakan impor untuk memperkuat perekonomian nasional.
  • Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 diperkirakan mencapai 2,78% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
  • BPI Danantara mencari pinjaman multi-currency hingga US$10 miliar.
  • Tarif ojek online (ojol) roda dua akan dinaikkan sekitar +8–15% per kilometer.
  • China melanjutkan bea masuk anti-dumping pada impor produk stainless steel, termasuk dari Indonesia.
  • Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke level 46,9 pada Juni 2025, menandakan kontraksi.
  • PMI manufaktur China naik ke level 50,4 pada Juni 2025, melampaui ekspektasi.
  • Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai ~1,3 juta orang pada Mei 2025, naik +14% YoY.
Scroll to Top