Di tengah tantangan global seperti krisis pangan, merebaknya penyakit, dan kerusakan lingkungan, solusi berbasis ilmu pengetahuan menjadi krusial. Bioteknologi tumbuhan hadir sebagai jawaban, dan di Indonesia, inovasi ini berkembang pesat di lembaga pendidikan dan riset.
Ketahanan pangan dan kesehatan adalah dua pilar penting bagi keberlangsungan bangsa. Berangkat dari urgensi ini, para peneliti di Food Biotechnology Research Center (FBRC) BINUS University mengembangkan berbagai inovasi berbasis tanaman lokal Indonesia yang unggul secara bioteknologi dan berdampak positif bagi masyarakat serta lingkungan.
Salah satu inovasi unggulan adalah pengembangan keladi tikus (Typhonium flagelliforme Lodd.), tanaman obat asli Indonesia yang dikenal memiliki sifat antikanker dan antioksidan. Melalui teknik kultur jaringan in vitro, tiga varietas unggul keladi tikus berhasil dikembangkan, yaitu tipobio, typonesiaraga, dan binusantara 1. Dua di antaranya bahkan telah mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dari Kementerian Pertanian. Varietas ini menunjukkan potensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman asalnya, bahkan sepuluh kali lebih efektif sebagai bahan baku antikanker.
Ekstrak varietas unggulan ini terbukti memiliki kemampuan sitotoksitas tinggi terhadap sel kanker payudara (MCF-7) dan mampu menginduksi apoptosis sel kanker dalam waktu 24 jam. Hasil riset ini diformulasikan menjadi Tyherbs, suplemen dari ekstrak umbi keladi tikus yang dirancang untuk memelihara kesehatan dan membantu pencegahan kanker payudara. Produk ini tengah menunggu izin edar dari BPOM sebelum tersedia dalam bentuk kapsul.
Selain tanaman obat, FBRC BINUS juga berkontribusi dalam pengembangan pangan lokal melalui inovasi pisang tanduk unggul bernama Pisang TORPEDO. Dikembangkan melalui variasi somaklonal melalui kultur jaringan, varietas ini menghasilkan bobot per tandan yang lebih besar dibanding pisang tanduk pada umumnya, mencapai 17 kilogram per pohon. Pisang TORPEDO juga memiliki nilai indeks glikemik rendah, aman bagi penderita diabetes. Bibit pisang ini juga telah didaftarkan untuk mendapatkan perlindungan varietas tanaman.
Pendekatan holistik di bidang bioteknologi juga tercermin dalam produksi eco-enzyme dari sampah organik oleh program studi Bioteknologi BINUS University. Melalui fermentasi, dihasilkan cairan serbaguna dengan daya antibakteri tinggi yang dapat diolah menjadi sabun cuci tangan alami, semprotan antibakteri serbaguna, dan deterjen cair ramah lingkungan. Eco-enzyme ini terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti E. coli, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus, serta sejalan dengan gerakan zero waste dan tujuan SDGs 13 (Aksi Iklim).
Tim Life Science BINUS juga tengah mengeksplorasi potensi kecubung sebagai antiinflamasi alami dan pengganti obat anestesi ringan dalam dunia medis. Inovasi bioteknologi ini menjadi tonggak penting kontribusi akademik dalam menjawab isu-isu nasional dan global. Mulai dari keladi tikus sebagai tanaman antikanker, pisang TORPEDO sebagai pangan masa depan, hingga eco-enzyme untuk keberlanjutan lingkungan, semuanya menjadi wujud nyata dari visi BINUS dalam memberdayakan masyarakat dan mendukung pembangunan berkelanjutan.