Surplus Neraca Dagang Indonesia Cetak Rekor 61 Bulan Berturut-turut

Jakarta – Kabar baik datang dari perekonomian Indonesia. Neraca perdagangan Indonesia terus menunjukkan performa positif dengan mencatatkan surplus selama 61 bulan berturut-turut. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, surplus neraca dagang pada Mei 2025 mencapai US$ 4,3 miliar.

Kinerja ekspor Indonesia pada Mei 2025 tercatat sebesar US$ 24,61 miliar, mengalami kenaikan 9,68% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, impor juga mengalami peningkatan sebesar 4,14% menjadi US$ 20,31 miliar.

Surplus neraca dagang Mei 2025 ini terutama didorong oleh surplus pada komoditas non-migas senilai US$ 5,83 miliar. Komoditas unggulan penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewan/nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72). Sementara itu, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar US$ 1,53 miliar, terutama disebabkan oleh impor hasil minyak dan minyak mentah.

Secara kumulatif, dari Januari hingga Mei 2025, ekspor Indonesia mencapai US$ 111,98 miliar, meningkat 6,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor kumulatif tercatat sebesar US$ 96,60 miliar, naik 5,45%. Hal ini menghasilkan surplus neraca perdagangan kumulatif sebesar US$ 15,38 miliar, yang didukung oleh surplus komoditas non-migas sebesar US$ 23,10 miliar. Komoditas migas sendiri masih mencatatkan defisit sebesar US$ 7,72 miliar.

Amerika Serikat Jadi Kontributor Surplus Terbesar

Dalam hal negara mitra dagang, Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia, mencapai US$ 7,08 miliar. Diikuti oleh India dengan surplus US$ 5,30 miliar, dan Filipina sebesar US$ 3,69 miliar.

Namun, beberapa negara juga tercatat sebagai penyumbang defisit terbesar, yaitu China (minus US$ 8,15 miliar), Singapura (minus US$ 2,79 miliar), dan Australia (minus US$ 2,11 miliar).

Untuk neraca perdagangan non-migas, AS tetap menjadi penyumbang surplus terbesar dengan US$ 8,28 miliar, diikuti India US$ 5,32 miliar, dan Filipina US$ 3,69 miliar. Sementara penyumbang defisit terdalam adalah China minus US$ 8,87 miliar, Australia minus US$ 1,93 miliar, dan Brasil minus US$ 0,68 miliar.

Komoditas Andalan Pendorong Surplus

Komoditas yang menjadi mesin pendorong surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Mei 2025 adalah lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) dengan surplus US$ 12,44 miliar, bahan bakar mineral (HS27) dengan surplus US$ 11,51 miliar, serta besi dan baja (HS72) dengan surplus US$ 7,53 miliar.

Di sisi lain, defisit terutama disebabkan oleh impor mesin dan peralatan mekanis (HS84) sebesar US$ 10,76 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik (HS85) dengan defisit US$ 4,53 miliar, serta plastik dan barang dari plastik (HS39) dengan defisit US$ 3,13 miliar.

Scroll to Top