Kemacetan Parah Tanjung Priok, Gubernur DKI Jakarta Sampaikan Permohonan Maaf

Jakarta – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyampaikan permohonan maaf kepada warga Jakarta atas kemacetan dahsyat yang melanda kawasan Tanjung Priok dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir. Permintaan maaf ini diungkapkan meski kemacetan tersebut di luar kendali langsung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Peristiwa ini sangat meresahkan saya. Oleh karena itu, saya menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya," ujar Pramono di Balai Kota Jakarta, Sabtu (19/4).

Pramono mengungkapkan kekecewaannya atas ketidakprofesionalan pengelolaan di Pelabuhan Tanjung Priok yang menyebabkan peningkatan jumlah truk secara signifikan. "Saya baru mengetahui pagi ini dari Kepala Dinas Perhubungan bahwa jumlah truk mencapai 7.000 per hari, bukan lagi 4.000," tambahnya.

Gubernur telah menginstruksikan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, untuk memberikan teguran keras kepada pengelola Pelabuhan Tanjung Priok. Walaupun Pelindo berdalih bahwa lonjakan truk disebabkan oleh libur panjang dan pasca Idul Fitri, Pramono menegaskan agar kejadian serupa tidak terulang.

"Kemacetan ini sudah berlangsung selama tiga hari, dan ini tidak boleh terjadi lagi. Pelindo telah meminta maaf kepada Pemerintah Jakarta dan masyarakat atas dampak yang ditimbulkan," tegasnya.

Sebelumnya, ribuan truk mengantre di Jalan Raya Yos Sudarso menuju Pelabuhan Tanjung Priok sejak Rabu (16/4) malam akibat penumpukan aktivitas bongkar muat. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Priok, M. Takwim Masuku, menjelaskan bahwa kemacetan disebabkan oleh peningkatan volume kegiatan pelabuhan yang signifikan menjelang libur panjang.

Takwim memastikan bahwa area common gate dan Pelabuhan New Priok Container Terminal One (NPCT1) berfungsi normal. Lonjakan aktivitas terjadi karena pada Rabu malam (16/4) ada tiga kapal besar yang bersandar di Pelabuhan NPCT1, menyebabkan total volume bongkar muat mencapai lebih dari 4.000 TEUs, padahal biasanya hanya 2.000-2.500 TEUs.

"Peningkatan volume kegiatan yang sangat signifikan inilah yang menjadi salah satu penyebab kemacetan," jelas Takwim.

Scroll to Top