Gelombang panas dahsyat melanda Eropa, memaksa sejumlah negara mengambil tindakan darurat. Prancis menutup ribuan sekolah, Italia melarang aktivitas di luar ruangan, dan Turki berjuang melawan kobaran api hutan.
Negara-negara seperti Italia, Prancis, dan Spanyol merasakan suhu melonjak hingga 40° Celcius. Sementara itu, Turki menghadapi kebakaran hutan hebat yang memaksa puluhan ribu orang dievakuasi.
Fenomena gelombang panas ini dinilai tidak lazim karena terjadi di awal musim panas. Para ahli menyebutnya sebagai anomali cuaca "luar biasa" yang berdampak serius pada kesehatan, pekerjaan, dan infrastruktur.
Di Italia, seorang pekerja konstruksi meninggal dunia di dekat Bologna akibat dugaan suhu tinggi. Beberapa wilayah Italia kini melarang aktivitas di luar ruangan pada siang hari dan mengeluarkan peringatan merah untuk sejumlah kota besar, termasuk Roma dan Milan. Di Sisilia, seorang wanita dengan penyakit jantung meninggal saat berjalan di bawah terik matahari.
Pihak berwenang Spanyol tengah menyelidiki kematian seorang petugas kebersihan jalan di Barcelona, yang diduga akibat panas berlebih. Palang Merah di Malaga mendirikan "tempat perlindungan iklim" ber-AC bagi warga yang rentan.
Pemadaman listrik juga dilaporkan terjadi di pusat kota Florence dan Bergamo akibat lonjakan penggunaan AC. Di Prancis, jumlah sekolah yang ditutup melonjak drastis. Layanan kereta Paris-Milan terganggu karena tanah longsor di Pegunungan Alpen, dan lantai atas Menara Eiffel ditutup demi keselamatan pengunjung.
Suhu Laut Mediterania kini mencapai rekor 30° Celcius, enam derajat di atas rata-rata. Kondisi laut yang panas akan memperparah suhu di daratan. Di Spanyol, suhu rata-rata Juni tercatat sebagai yang terpanas. Inggris juga mengalami Juni terpanas dalam sejarah.
Para ilmuwan mengaitkan gelombang panas ini dengan dampak langsung krisis iklim yang diperburuk oleh emisi gas rumah kaca dan deforestasi. Eropa kini memanas dua kali lebih cepat dari rata-rata global, menjadikannya benua yang paling terdampak perubahan iklim.