Jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meregang nyawa di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, akan diautopsi kembali di Brasil atas permintaan pihak keluarga. Keputusan ini diambil setelah otoritas Brasil menyetujui permintaan tersebut setelah jenazah tiba di negara asalnya pada 1 Juli.
"Dengan bantuan GGIM Balai Kota NiterĂ³i, kami menghubungi DPU-RJ untuk segera mengajukan permintaan ke Pengadilan Federal demi autopsi ulang kasus saudara perempuan saya," ungkap saudara perempuan Marins melalui akun Instagram pribadinya. Pihak keluarga berharap peradilan federal Brasil dapat memberikan keputusan positif dalam waktu dekat.
Keluarga Marins juga menuding adanya kelalaian dari tim penyelamat Indonesia dalam upaya menyelamatkan nyawa Juliana. Mereka bertekad mencari keadilan atas kejadian ini. Menurut keluarga, jika tim penyelamat tiba lebih cepat, kemungkinan besar Juliana bisa selamat.
"Juliana menerima kelalaian serius dari tim penyelamat. Jika mereka tiba tepat waktu, Juliana mungkin bisa selamat," tegas pihak keluarga. Mereka menekankan bahwa Juliana pantas mendapatkan penanganan yang lebih baik dan kini mereka akan berjuang demi keadilan untuknya.
Juliana Marins dilaporkan terjatuh saat mendaki bersama rombongan pada 21 Juni lalu. Tim SAR gabungan baru berhasil menemukan korban dua hari kemudian. Proses evakuasi jenazah dari kedalaman 600 meter baru dapat diselesaikan pada 25 Juni.
Hasil autopsi yang dilakukan sebelumnya oleh Dokter Spesialis Forensik Rumah Sakit Bali Mandara menunjukkan bahwa Juliana Marins meninggal dunia sekitar 20 menit setelah terjatuh. Penyebab kematian utama adalah benturan keras yang dialami, terutama di bagian dada, akibat benda tumpul, bukan karena hipotermia.