Jakarta, Indonesia – Pasar keuangan Indonesia mengalami hari yang penuh tantangan pada perdagangan Rabu (2/7/2025), dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sama-sama tertekan. Investor mencerna berbagai faktor, mulai dari sentimen global hingga perkembangan ekonomi domestik.
IHSG ditutup melemah 0,49% ke level 6.881,25, dipicu oleh tekanan dari saham-saham berkapitalisasi besar di sektor utilitas, bahan baku, dan properti. Saham seperti Amman Mineral (AMMN), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Telkom Indonesia (TLKM) menjadi pemberat utama indeks.
Di pasar valuta asing, rupiah terdepresiasi 0,31% ke posisi Rp16.235 per dolar AS. Pelemahan ini sejalan dengan penguatan indeks dolar AS, yang dipengaruhi oleh antisipasi pelaku pasar terhadap kebijakan tarif dagang Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sedikit naik ke 6,66%, meskipun masih berada di level terendah sejak Oktober 2024, mengindikasikan minat investor yang cukup tinggi terhadap obligasi pemerintah.
Di sisi lain, bursa Wall Street menunjukkan kinerja beragam. Indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, naik 0,47% ke level 6.227,42, sementara Nasdaq Composite melonjak 0,94% ke rekor 20.393,13. Namun, Dow Jones Industrial Average turun tipis 0,02% ke 44.484,42. Kesepakatan dagang AS dengan Vietnam menjadi katalis positif, meskipun laporan penurunan lapangan kerja di sektor swasta AS memicu kekhawatiran.
Sentimen yang Mempengaruhi Pasar Hari Ini
Beberapa faktor utama diperkirakan akan memengaruhi pergerakan pasar keuangan Indonesia hari ini, di antaranya:
Rancangan APBN 2026: Pemerintah tengah mempersiapkan fondasi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 di tengah tekanan fiskal yang meningkat.
IPO Jumbo: Pasar menanti sejumlah Initial Public Offering (IPO) besar yang diharapkan dapat menyuntikkan likuiditas ke dalam IHSG.
Saldo Anggaran Lebih (SAL): DPR memberikan lampu hijau bagi pemerintah untuk menggunakan SAL tahun 2024 sebesar Rp85,6 triliun untuk menutupi potensi defisit APBN 2025.
Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP): Kementerian ESDM mengusulkan harga ICP dalam RAPBN 2026 berada di kisaran US$ 60-80 per barel, mengingat fluktuasi geopolitik dan tren penurunan harga minyak.
Kesepakatan Dagang AS-Vietnam: Kesepakatan ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar global dan Indonesia.
Data Tenaga Kerja AS: Investor akan mencermati data tenaga kerja AS untuk mengukur kekuatan ekonomi negara tersebut dan dampaknya terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve.
Agenda dan Data Ekonomi Hari Ini
Sejumlah agenda dan rilis data ekonomi dijadwalkan berlangsung hari ini, termasuk Rapat Paripurna DPR, rapat antara DPR dan Kementerian Keuangan serta Bank Indonesia, konferensi pers terkait Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan seremoni pencatatan sukuk. Selain itu, beberapa emiten juga akan melakukan pembagian dividen dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Waspada Volatilitas
Meskipun ada beberapa sentimen positif dari dalam negeri, pelaku pasar tetap perlu waspada terhadap ketidakpastian global dan potensi volatilitas. Perkembangan terkait kebijakan fiskal dan data ekonomi akan menjadi kunci arah pergerakan pasar dalam jangka pendek. Investor disarankan untuk tetap selektif dan disiplin dalam melakukan analisis sebelum mengambil keputusan investasi.