Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk kursi Wali Kota New York City telah menciptakan gelombang kejut dalam dunia politik Amerika. Bahkan sebelum kampanye resminya dimulai untuk pemilihan umum bulan November, Mamdani sudah menjadi target ancaman penangkapan dari mantan Presiden Donald Trump.
Mamdani, seorang anggota Majelis Negara Bagian New York berusia 33 tahun yang berhaluan sosialis demokrat, meraih kemenangan dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat pada hari Selasa, 24 Juni 2025. Meskipun tidak langsung memperoleh mayoritas suara di putaran pertama, ia memimpin dengan 56% suara, mengungguli Andrew Cuomo yang memperoleh 44%.
"Ini baru permulaan dari koalisi yang terus berkembang untuk menjadikan Kota New York terjangkau," ungkap Mamdani melalui platform X setelah pengumuman hasil pemilihan. "Dan kita akan mewujudkannya bersama."
Kemenangannya yang mengejutkan menjadikannya calon terdepan untuk memenangkan pemilihan wali kota pada bulan November mendatang, meskipun ia menghadapi reaksi keras dari lawan politiknya.
Trump, saat mengunjungi fasilitas penahanan migran di Florida Everglades, langsung merespons hasil pemilihan dengan ancaman. "Jika Mamdani mengganggu ICE, dia akan ditangkap," tegas Trump. Ia juga keliru menuduh Mamdani "berada di negara ini secara ilegal."
Trump bahkan menyebut Mamdani sebagai seorang "komunis" dan menuduhnya mengancam keamanan nasional. "Kita tidak membutuhkan komunis di negara ini. Tapi jika kita memilikinya, saya akan mengawasi mereka dengan sangat hati-hati," katanya.
Mamdani, yang lahir di Uganda dan menjadi warga negara AS melalui naturalisasi, menanggapi ancaman Trump dengan tegas.
"Trump mengancam saya bukan karena saya melanggar hukum, tetapi karena saya menolak membiarkan ICE meneror kota kita," kata Mamdani dalam pernyataan tertulis. "Ini bukan hanya serangan terhadap saya, tetapi terhadap demokrasi kita."
Ia berjanji untuk mempertahankan status New York sebagai kota suaka dan menolak keterlibatan aparat federal dalam menangkap migran tanpa dokumen.
Sementara itu, Trump memberikan dukungan kepada Wali Kota petahana Eric Adams, yang kini mencalonkan diri sebagai kandidat independen. "Anda memiliki kandidat independen yang bagus, Wali Kota Adams, yang merupakan orang yang sangat baik," pujinya.
Adams, yang sebelumnya menghadapi dakwaan federal terkait korupsi, yang kemudian dibatalkan, menghindari kritik langsung terhadap Trump. Namun, ia memperingatkan semua kandidat agar tidak mencampuri kewenangan federal.
Mamdani menilai pujian Trump terhadap Adams sebagai hal yang "tidak mengejutkan", namun menegaskan bahwa masa jabatan Adams harus diakhiri. "Itulah sebabnya kami siap untuk perubahan sejati di Balai Kota," pungkasnya.