Pernahkah Anda mendengar kisah seseorang yang merasa jiwanya melayang keluar dari tubuh, menyaksikan dirinya sendiri dari kejauhan? Fenomena misterius ini dikenal sebagai Out-of-Body Experience (OBE), dan sebuah penelitian terbaru berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang sering dialami oleh individu yang pernah mengalaminya.
Ternyata, prevalensi OBE cukup tinggi. Beberapa survei menunjukkan bahwa sekitar 10 hingga 20 persen populasi pernah mengalami pengalaman ini. Pengalaman dan dampaknya pun sangat bervariasi antar individu.
OBE dapat muncul dalam berbagai situasi. Bisa terjadi saat kondisi sangat tenang, seperti meditasi atau relaksasi mendalam. Namun, paradoksnya, OBE juga bisa muncul saat stres berat, ketika seseorang berada dalam bahaya fisik atau mengalami trauma psikologis.
Sensasi berada di luar tubuh seringkali disertai dengan berbagai emosi. Beberapa orang menggambarkan perasaan damai yang mendalam, sementara yang lain diliputi rasa takut, terutama dengan kekhawatiran tidak bisa kembali ke tubuh mereka. Setelah pengalaman ini, banyak yang menggambarkan sensasi seolah-olah mereka melayang di atas tubuh fisik mereka sendiri.
Hubungan dengan Kesehatan Mental
Penelitian sebelumnya telah berfokus pada penyebab pengalaman aneh ini. Beberapa teori mengaitkannya dengan masalah di telinga bagian dalam. Penelitian lain bahkan berhasil memicu OBE dengan menstimulasi area tertentu di otak yang bertanggung jawab untuk mengintegrasikan informasi visual dan umpan balik dari anggota tubuh, yang pada dasarnya menciptakan representasi tubuh dalam pikiran.
Dalam studi terbaru, sebuah tim peneliti menyelidiki faktor-faktor umum yang dimiliki oleh orang-orang yang pernah mengalami OBE. Mereka melibatkan ratusan orang dewasa dari berbagai latar belakang dan menanyakan tentang pengalaman OBE mereka, serta pertanyaan tentang kesehatan, kesehatan mental, riwayat hidup, dan riwayat psikiatri mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang pernah mengalami OBE cenderung menunjukkan tingkat gangguan mental yang lebih tinggi, termasuk depresi dan kecemasan. Mereka juga lebih rentan terhadap gejala disosiasi.
Namun, yang menarik, penelitian ini juga menunjukkan bahwa OBE mungkin berfungsi sebagai mekanisme pertahanan (coping mechanism) sebagai respons terhadap trauma masa lalu, daripada menjadi penyebab penyakit mental itu sendiri.
Studi ini memberikan wawasan baru tentang kompleksitas fenomena OBE dan hubungannya dengan kondisi psikologis seseorang, menunjukkan bahwa sensasi ‘roh’ yang keluar dari tubuh mungkin merupakan cara unik pikiran untuk menghadapi trauma.