Waspada Varian Nimbus: Ancaman Baru COVID-19 yang Perlu Diketahui

Varian baru virus SARS-CoV-2, dikenal sebagai Nimbus atau NB.1.8.1, kini menjadi sorotan global setelah penyebarannya meningkat di beberapa negara Asia. Varian ini, turunan dari Omicron, telah ditetapkan oleh WHO sebagai Variant Under Monitoring (VUM) sejak 23 Mei 2025.

Mutasi virus adalah hal yang wajar, seperti pada virus RNA lainnya. Varian Nimbus memang sedang dominan, tetapi varian lain juga masih beredar. Tren global menunjukkan peningkatan signifikan varian NB.1.8.1 pada April, namun kini mulai menurun. Meski disebut dominan, varian ini belum tergolong mengkhawatirkan dari sisi keparahan penyakit.

WHO mengklasifikasikan varian virus ke dalam tiga kategori: Varian of Concern (VOC), Variant Under Monitoring (VUM), dan Variant of Interest (VOI). Nimbus saat ini berada dalam kategori VUM karena peningkatan kasus yang terpantau.

Gejala infeksi varian Nimbus mirip dengan infeksi saluran pernapasan atas lainnya, seperti batuk dan pilek. Ciri khas yang banyak dilaporkan adalah nyeri tenggorokan yang tajam. Namun, varian ini tidak menunjukkan tingkat keparahan atau fatalitas yang lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya. Transmisinya masih melalui droplet, kontak erat, dan napas.

Kelompok lansia, individu dengan komorbiditas, dan mereka yang belum divaksinasi lengkap tetap menjadi populasi paling rentan. Vaksinasi sangat penting untuk mencegah keparahan, meskipun tidak membuat seseorang 100% kebal.

Dengan tingginya mobilitas masyarakat, kemungkinan varian Nimbus masuk ke Indonesia sangat terbuka. Oleh karena itu, surveilans aktif di fasilitas layanan kesehatan sangat penting. Jika ada gejala seperti flu, batuk pilek, segera istirahat, WFH jika memungkinkan, dan tetap gunakan masker. Etika batuk, cuci tangan, dan menjaga jarak adalah kunci. Ini adalah prinsip dasar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang harus dipertahankan.

Meskipun varian Nimbus merupakan bagian dari evolusi virus COVID-19, masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan, menjaga imunitas, dan melengkapi vaksinasi, terutama bagi kelompok rentan. Peran serta masyarakat dan institusi kesehatan dalam pengamatan, pelaporan, dan edukasi sangat penting untuk mencegah penyebaran luas dan menjaga stabilitas kesehatan masyarakat.

Scroll to Top