Lumajang, Jawa Timur – Pemerintah Kabupaten Lumajang terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai leptospirosis, penyakit menular yang cenderung meningkat pada masa transisi dari musim hujan ke kemarau.
Hingga awal Juli 2025, tercatat 22 kasus leptospirosis di wilayah Lumajang. Meskipun seluruh pasien berhasil pulih, Pemkab Lumajang tetap menaruh perhatian serius terhadap tren ini demi melindungi kesehatan warganya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Lumajang, Marshall Trihandono, menekankan pentingnya upaya pencegahan. Pemerintah tidak hanya hadir saat pengobatan, tetapi juga aktif mengedukasi masyarakat tentang bahaya leptospirosis dan cara menghindarinya.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyebar melalui air yang terkontaminasi urine hewan, terutama tikus. Risiko penularan meningkat saat beraktivitas di lingkungan lembap dan tergenang air tanpa perlindungan yang memadai seperti sepatu bot atau sarung tangan karet.
Pemerintah Kabupaten Lumajang secara berkelanjutan mengimbau masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi untuk:
- Menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
- Menghindari genangan air saat beraktivitas.
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja di area berisiko.
- Segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, atau sakit kepala.
Pendekatan komunikasi risiko berbasis komunitas juga terus diperkuat. Leptospirosis bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga tantangan bersama dalam menjaga lingkungan yang sehat dan aman.
Marshall menambahkan, pencegahan penyakit ini sangat mungkin dilakukan jika masyarakat memahami cara penularan dan mengambil langkah-langkah perlindungan sejak dini. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat memegang peranan kunci dalam hal ini.
Sebagai informasi, pada tahun 2024 lalu tercatat 24 kasus leptospirosis. Penurunan jumlah kasus pada tahun ini menunjukkan efektivitas pendekatan promotif dan preventif yang telah dijalankan. Meski demikian, kewaspadaan tetap menjadi prioritas utama.