Harga Minyak Dunia Anjlok Usai Serangan Iran Diredam: Pasar Saham AS Justru Menguat

Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan setelah serangan rudal Iran terhadap pangkalan militer AS di Qatar dan Irak berhasil diantisipasi. Keberhasilan pencegatan ini meredakan kekhawatiran pasar akan eskalasi konflik di Timur Tengah.

Aksi militer Iran yang sebelumnya meningkatkan tensi geopolitik justru memicu penguatan di pasar saham Amerika Serikat, seiring dengan melemahnya harga minyak. Pasar berpendapat bahwa Iran kemungkinan tidak akan melancarkan serangan lanjutan, sehingga konflik tidak akan meluas.

Harga minyak mentah AS (WTI) turun tajam sebesar 7,2% ke level USD68,51 per barel. Ini menjadi penurunan harian terbesar sejak awal April, serta penurunan terparah dalam hampir tiga tahun terakhir. Harga minyak pun jatuh di bawah USD70 per barel, pertama kalinya sejak 12 Juni.

Sebaliknya, indeks saham utama di Wall Street justru menguat. Dow Jones Industrial Average naik 374 poin atau 0,89%, S&P 500 naik 0,96%, dan Nasdaq Composite melonjak 0,94%. Pasar merespons positif potensi meredanya ketegangan yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi global.

Beberapa analis menyebut serangan Iran sebagai tindakan simbolis, bahkan diduga telah memberikan peringatan kepada Qatar untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. Langkah ini diinterpretasikan sebagai upaya Iran untuk menahan diri dari konflik yang lebih besar.

Meskipun demikian, ketidakpastian suku bunga, volatilitas tarif perdagangan, dan indikator ekonomi yang beragam tetap menjadi perhatian utama investor. Jika konflik kembali meningkat, gangguan terhadap pasokan minyak global tidak dapat dihindari, yang berpotensi memicu inflasi dan meningkatkan risiko resesi, terutama di negara-negara importir energi.

Saat ini, para pelaku pasar energi masih menantikan bukti nyata terjadinya gangguan pasokan. Sebagian pihak berpendapat bahwa pasar terlalu sering bereaksi berlebihan terhadap isu geopolitik. Lonjakan harga baru hanya mungkin terjadi jika terdapat gangguan signifikan terhadap aliran energi di kawasan Teluk.

Menteri Energi AS bahkan terkejut dengan penurunan harga minyak yang drastis. Sementara itu, aset safe haven seperti emas hanya mengalami kenaikan tipis, begitu pula dengan imbal hasil obligasi. Nilai tukar dolar AS juga melemah.

Jalur strategis Selat Hormuz, yang menjadi jalur transit sekitar 20% pasokan minyak dunia, tetap rawan terhadap potensi blokade atau gangguan militer. Perkembangan situasi di kawasan Teluk akan sangat menentukan arah pasar dalam waktu dekat.

Saat ini, sentimen investor membaik seiring keyakinan bahwa fase ketegangan ini tidak akan berlangsung lama. Namun, risiko tetap ada dan keputusan-keputusan politik berikutnya di kawasan akan menjadi penentu utama dinamika pasar energi global.

Scroll to Top