Chelsea kembali menunjukkan dominasinya di bursa transfer musim panas ini, dengan perkiraan pengeluaran yang melampaui £200 juta. Langkah ini bukan sekadar menghambur-hamburkan uang, melainkan bagian dari strategi cerdas untuk menghadapi musim 2025/26 yang diperkirakan akan sangat padat.
Dalam dua dekade terakhir, Chelsea dikenal aktif di pasar transfer. Era Roman Abramovich dimulai dengan investasi besar-besaran pada tahun 2003, mengubah klub dari penantang empat besar menjadi kekuatan yang mampu bersaing untuk gelar Liga Primer dan Liga Champions. Meskipun sempat terkena larangan transfer selama dua periode (2019-2020), Chelsea tetap menghabiskan lebih dari £2 miliar sejak saat itu.
Di bawah kepemilikan BlueCo, pendekatan transfer Chelsea mengalami perubahan. Fokus kini tertuju pada pemain muda berbakat, meninggalkan tradisi mendatangkan bintang-bintang mapan. Kebijakan ini bisa dibilang sebagai "Brighton versi mahal". Setelah tiga tahun masa transisi, Chelsea mulai menunjukkan peningkatan performa dan kembali menjadi tim yang menarik dengan potensi untuk meraih gelar.
Setelah mengamankan Dario Essugo, Mamadou Sarr, dan Liam Delap di awal Juni, Chelsea dikabarkan akan segera mendatangkan pemain sayap Borussia Dortmund Jamie Gittens dan penyerang serba bisa Brighton, Joao Pedro. Meskipun pengeluaran besar Chelsea kembali menjadi sorotan, kali ini terlihat adanya perencanaan yang lebih matang di balik setiap pembelian. Tujuan utamanya jelas: mempersiapkan tim untuk menghadapi tantangan besar di musim 2025/26.