Komisi XI DPR bersama Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Bappenas, dan Ketua Dewan Komisioner OJK baru saja menuntaskan rapat kerja maraton yang membahas rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2026. Pertemuan yang berlangsung hingga larut malam ini belum menghasilkan kesimpulan final.
Rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun, menunda pembacaan kesimpulan hingga Senin mendatang. "Karena kita masih ada rapat panja dan kita masih ada putaran, nanti kesimpulan di hari Senin," ujarnya saat menutup rapat.
Dalam forum tersebut, Menteri Keuangan memaparkan proyeksi ekonomi global dan domestik, serta kinerja APBN hingga pertengahan 2025. Data-data pendukung juga disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Kepala Bappenas, dan Ketua DK OJK, diikuti sesi tanya jawab dengan anggota Komisi XI DPR.
Fokus utama pembahasan adalah asumsi makro yang akan menjadi landasan RAPBN 2026. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan berada di kisaran 5,2%-5,8%, inflasi 1,5%-3,5%, dan yield SBN tenor 10 tahun antara 6,6-7,2%. Nilai tukar rupiah diproyeksikan Rp 16.500-16.900 per dolar AS, sementara harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$ 60-80 per barel.
Target lifting minyak ditetapkan 600 ribu-605 ribu barel, lifting gas 953 ribu-1,17 juta setara minyak per hari. Pemerintah juga menargetkan penurunan tingkat kemiskinan menjadi 6,5-7,5% pada 2026, dengan tingkat pengangguran di kisaran 4,5-5%, dan rasio gini 0,379-0,382.
Dari sisi desain APBN 2026, defisit anggaran direncanakan antara 2,48% hingga 2,53% terhadap PDB. Pendapatan negara ditargetkan 11,71% sampai 12,22% PDB, dan belanja negara di kisaran 14,19% hingga 14,75% terhadap PDB.
Komponen penerimaan negara terdiri dari penerimaan pajak yang ditargetkan 8,9%-9,24% PDB, kepabeanan dan cukai 1,18%-1,21% PDB, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) 1,63%-1,76%, serta hibah 0,002%-0,003% dari PDB.
Belanja negara akan dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat (11,41% sampai 11,86%) dan transfer ke daerah (2,78% sampai 2,89%). Keseimbangan primer diperkirakan defisit di rentang 0,18% sampai 0,22%, dengan pembiayaan 2,48%-2,53%.