Jakarta – Hubungan antara Iran dan dunia internasional kembali memanas. Iran secara resmi menangguhkan akses bagi para inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke fasilitas nuklirnya. Langkah ini sontak memicu reaksi keras dari Amerika Serikat (AS), yang menyebut tindakan tersebut "tidak dapat diterima".
Keputusan Iran ini, yang ditandatangani oleh Presiden Masoud Pezeshkian pada Rabu (2/7/2025), diambil sebagai respons atas kekhawatiran keamanan fasilitas dan ilmuwan nuklir Iran. Undang-undang yang baru disahkan itu menyatakan bahwa penangguhan akan tetap berlaku hingga jaminan keamanan yang memadai diberikan.
Tindakan ini berpotensi menghambat kemampuan IAEA untuk mengawasi program nuklir Iran, yang diketahui telah memperkaya uranium mendekati tingkat yang dibutuhkan untuk membuat senjata. Situasi semakin rumit setelah serangan udara yang diklaim berasal dari AS dan Israel menargetkan fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu.
Meskipun detail implementasi undang-undang ini masih belum jelas, televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa penangguhan akan dicabut setelah beberapa syarat terpenuhi, termasuk jaminan keamanan bagi fasilitas dan para ilmuwan nuklir. Sebelumnya, IAEA sudah ditolak aksesnya ke fasilitas nuklir yang rusak akibat serangan.
Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, pada Minggu (29/06) lalu, mengonfirmasi bahwa pekerjaan para inspektur IAEA telah ditangguhkan, namun membantah adanya ancaman terhadap mereka.
Pemerintah AS melalui Juru Bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce mengecam keras keputusan Iran tersebut. Bruce menyatakan bahwa Iran melewatkan kesempatan untuk memulihkan hubungan dan memilih jalan perdamaian.
Washington mendukung upaya Israel untuk mengganggu program nuklir Iran dengan serangan udara pada 21-22 Juni lalu. Mantan Presiden AS Donald Trump bahkan mengancam akan memerintahkan serangan udara lebih lanjut jika Iran mencoba mengembangkan senjata nuklir.
Iran sendiri selalu membantah tuduhan bahwa mereka berusaha membuat senjata nuklir.
Bruce menekankan bahwa Iran harus segera bekerja sama dengan IAEA, termasuk memberikan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan pertanyaan tentang material nuklir yang tidak diumumkan dan memberikan akses tanpa batas ke fasilitas pengayaan yang baru. "Iran tidak boleh dan tidak akan memiliki senjata nuklir," tegasnya.