Angina Refrakter: Nyeri Dada Berkepanjangan Setelah Pengobatan Jantung, Apa Solusinya?

Nyeri dada yang berulang, terutama saat beraktivitas, bisa jadi pertanda angina, yaitu nyeri akibat kurangnya aliran darah ke jantung. Sensasi yang dirasakan seringkali seperti dada tertekan beban berat, menjalar ke lengan kiri, punggung, hingga ulu hati, dan disertai rasa tercekik.

Namun, bagaimana jika nyeri dada ini terus berlanjut selama tiga bulan atau lebih, meskipun sudah mendapatkan pengobatan maksimal seperti obat-obatan jantung, pemasangan ring (stent), atau operasi bypass? Kondisi inilah yang disebut sebagai angina refrakter.

Angina refrakter paling sering dialami oleh pasien penyakit jantung koroner. Ironisnya, usia muda pun tak luput dari risiko. Contohnya, pasien muda yang bahkan di usia 24 tahun sudah terkena serangan jantung akibat kebiasaan merokok berat.

Faktor-faktor risiko yang perlu diwaspadai antara lain tekanan darah tinggi, diabetes yang tidak terkontrol, kadar kolesterol LDL tinggi, kebiasaan merokok, dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung.

Gejala angina refrakter umumnya berupa nyeri di tengah dada yang menjalar ke lengan kiri atau punggung, muncul saat melakukan aktivitas ringan, disertai keringat dingin, dan terjadi hilang timbul selama tiga bulan terakhir.

Pemeriksaan jantung secara rutin, terutama setelah usia 40 tahun, sangat disarankan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko. Pemeriksaan dapat mencakup EKG, treadmill test, echocardiography, hingga CT scan koroner.

Terapi Alternatif untuk Angina Refrakter

Bagi pasien angina refrakter yang tidak memungkinkan untuk menjalani pemasangan ring atau operasi bypass, terdapat alternatif terapi bernama External Counterpulsation (ECP). Terapi ini bersifat non-invasif, menggunakan manset di kaki yang mengembang dan mengempis mengikuti irama jantung, dengan tujuan meningkatkan aliran darah.

Terapi ECP ini sering dianalogikan dengan olahraga pasif, sangat cocok bagi pasien yang tidak kuat berolahraga karena nyeri dada yang dialami.

Umumnya, terapi ECP dilakukan sebanyak 35 sesi selama tujuh minggu. Penting untuk diingat, sebelum menjalani terapi ini, pasien harus melalui pemeriksaan lengkap untuk memastikan tidak ada kontraindikasi seperti kebocoran katup jantung atau trombosis.

Deteksi dini dan pengendalian faktor risiko adalah kunci utama untuk mencegah kondisi semakin memburuk. Pasien dianjurkan untuk menerapkan pola makan sehat, berhenti merokok, mengontrol tekanan darah, dan secara teratur berkonsultasi dengan dokter jantung.

Scroll to Top