Pasar keuangan Indonesia menunjukkan dinamika menarik pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat bergairah sepanjang sesi, namun harus puas dengan pelemahan tipis di penghujung perdagangan. Sebaliknya, nilai tukar rupiah justru menunjukkan taringnya terhadap dolar AS, didorong oleh ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed.
Tekanan pada saham-saham berkapitalisasi besar seperti Telkom Indonesia dan Bank Central Asia menjadi penyebab koreksi IHSG di menit-menit terakhir. Sementara itu, penguatan rupiah sejalan dengan melemahnya indeks dolar AS, dipicu oleh data ketenagakerjaan AS yang kurang menggembirakan. Secara global, bursa Nasdaq kembali mencetak rekor tertinggi, menambah warna pada performa pasar yang beragam.
IHSG menutup hari dengan penurunan tipis 0,05% di level 6.878,05, memperpanjang tren negatif selama tiga hari berturut-turut dengan total pelemahan 0,7%. Nilai transaksi harian terbilang sepi, hanya mencapai Rp 8 triliun. Saham Telkom Indonesia (TLKM) menjadi kontributor utama koreksi, diikuti oleh BBCA, BREN, TPIA, dan BMRI.
Meskipun demikian, mayoritas sektor perdagangan justru berada di zona hijau, dipimpin oleh sektor kesehatan, properti, dan konsumer primer. Tekanan dari sektor teknologi dan utilitas menjadi pemberat indeks. Di kawasan Asia, indeks regional ditutup bervariasi, mencerminkan kehati-hatian investor menjelang rilis data ketenagakerjaan AS.
Sebanyak 324 saham mencatatkan kenaikan, 239 saham melemah, dan 230 saham stagnan. Volume transaksi mencapai 18,5 miliar saham dengan nilai Rp 8 triliun. Investor asing masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 31,55 miliar.
Di pasar valuta asing, rupiah ditutup menguat 0,31% ke level Rp16.185/US$, membalikkan pelemahan sebelumnya. Penguatan ini terjadi seiring dengan penurunan tipis indeks dolar AS (DXY) ke level 96,76. Sentimen positif datang dari data ADP yang menunjukkan penurunan tenaga kerja sektor swasta AS di bulan Juni, meningkatkan harapan bahwa The Fed akan lebih cepat memangkas suku bunga. Peluang pemangkasan suku bunga pada Juli naik dari 20% menjadi 25%.
Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke 6,59%, menandakan harga SBN naik karena banyak diburu investor.
Bursa Wall Street kompak menguat dan mencetak rekor baru. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak rekor tertinggi, dipicu oleh laporan ketenagakerjaan yang lebih baik dari perkiraan. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,77%, berakhir di 44.828,53.
Data terbaru menunjukkan non-farm payrolls meningkat sebanyak 147.000 pada Juni, melampaui ekspektasi. Tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,1%, berbanding terbalik dengan proyeksi ekonom.
Laporan pekerjaan yang kuat ini juga memicu lonjakan imbal hasil obligasi Treasury dan mengurangi ekspektasi The Fed akan segera menurunkan suku bunga. Para pelaku pasar kini memperkirakan kemungkinan 95% bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan akhir bulan ini.
Sebelumnya, laporan tenaga kerja ADP menunjukkan penurunan jumlah tenaga kerja sektor swasta, memicu kekhawatiran ekonomi mungkin mulai melemah. Namun, data resmi pemerintah berhasil meredam kekhawatiran tersebut.
Investor juga menantikan pengumuman kesepakatan lanjutan menjelang tenggat waktu awal Juli untuk jeda tarif 90 hari.
S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing naik 1,7% dan 1,6% selama sepekan, sementara Dow mencatat kenaikan 2,3%.
Pasar keuangan Indonesia hari ini akan dipengaruhi oleh kombinasi sentimen fiskal, global, dan tensi geopolitik yang memanas. Optimisme pemangkasan suku bunga di AS dan sinyal pemangkasan dari Bank Indonesia menjadi sentimen positif.
Berikut sentimen pasar hari ini:
- Ancaman Resesi Global: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan tentang kondisi dunia yang makin tak menentu dan perlunya kewaspadaan.
- BI Isyaratkan Pemangkasan Suku Bunga: Bank Indonesia (BI) masih berpotensi menurunkan suku bunga acuan atau BI rate ke depan.
- Program Besar Prabowo: Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,8%-6,3%, dengan tiga prioritas utama: ketahanan pangan, hilirisasi dan digitalisasi, serta pemerataan sosial dan inklusi.
- RAPBN 2026: Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan dikejar di rentang 5,2%-5,8%, inflasi 1,5%-3,5%, nilai tukar rupiah Rp 16.500-16.900 per dolar AS.
- Deal Tarif Dagang dengan Trump: Sejumlah negara mulai mengamankan posisinya jelang tenggat tarif dagang pemerintahan Donald Trump pada 9 Juli.
- Parade IPO Jumbo: Delapan emiten baru akan resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 8-10 Juli 2025.
- Lobi Arab Saudi Percepat FTA: Presiden Prabowo Subianto meminta bantuan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) untuk mempercepat kesepakatan Free Trade Agreement (FTA) antara RI dan Arab Saudi.
- Data Tenaga Kerja AS Membaik: Jumlah tenaga kerja sektor non-pertanian meningkat, mengurangi kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Juli 2025.
Agenda emiten hari ini meliputi RUPS, pembagian dividen, right issue, dan indikator ekonomi RI.