Gelombang serangan rudal dari Iran menghantam kota Beersheba, Israel pada Selasa, 24 Juni 2025, meratakan bangunan tempat tinggal dan menelan korban jiwa. Di tengah reruntuhan, tim penyelamat Israel berjuang mencari korban.
Terlepas dari eskalasi di lapangan, seorang pengamat hubungan internasional berpendapat bahwa perang 12 hari antara Iran dan Israel dimenangkan oleh Iran secara strategis dan ideologis.
Menurutnya, Israel gagal memahami budaya Iran. Serangan Israel yang dimulai pada 13 Juni bertujuan untuk melenyapkan ancaman yang ditimbulkan oleh dukungan Iran terhadap kelompok milisi yang melawan penindasan Israel di Timur Tengah.
Namun, Israel tidak mengantisipasi respons Iran. Militer Iran dengan cepat membalas serangan tersebut, yang mengakibatkan kematian sejumlah tokoh penting dan ilmuwan Iran.
Kultur Iran yang menjunjung tinggi penghormatan terhadap mereka yang gugur justru menjadi kekuatan. Alih-alih menyembunyikan kematian para tokoh, Iran mengumumkannya, yang justru memobilisasi dukungan rakyat secara besar-besaran.
Dengan dukungan rakyat yang kuat, Iran dengan sigap melakukan pergantian kepemimpinan dan melancarkan serangan balasan. Seorang tokoh Iran mengakui dampak dari serangan 13 Juni, tetapi menekankan bagaimana rakyat Iran bangkit bersatu mendukung pemerintah, memungkinkan Iran membalas dengan cepat.