IHSG Tertahan di Bawah 7.000: Sentimen Negatif dan Penantian Investor

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan sepanjang pekan ini, dengan tiga hari terakhir ditutup di zona merah. Meskipun sempat menunjukkan penguatan di awal perdagangan hari ini, indeks kembali terperosok dan belum mampu menembus level psikologis 7.000 sejak 19 Juni.

Para analis menilai stagnasi IHSG disebabkan oleh tekanan jual dari investor asing, ketidakpastian global dan domestik, serta kurangnya sentimen positif dari kinerja fundamental emiten. Investor cenderung bersikap wait and see, menunggu kepastian sebelum mengambil langkah investasi besar.

Menurut pengamat pasar, pergerakan IHSG saat ini cenderung sideways, berfluktuasi dalam rentang sempit antara 6.820 hingga 6.980. Hal ini mencerminkan pasar yang lesu dan menunggu arah yang jelas. Faktor utama penyebabnya adalah aksi jual bersih (net sell) yang terus dilakukan investor asing akibat kekhawatiran global dan ketidakjelasan tarif antara Amerika Serikat dan Indonesia.

Kinerja emiten perbankan, yang biasanya menjadi incaran investor asing, saat ini mengalami perlambatan. Karena pasar modal Indonesia relatif kecil, investor asing cenderung berinvestasi pada saham-saham tertentu. Jika kinerja saham-saham pilihan tersebut melemah, wajar jika IHSG sulit untuk kembali menguat.

Selain itu, rilis laporan keuangan kuartal II-2025 diperkirakan masih menunjukkan kinerja yang stagnan, sehingga minim memberikan dorongan fundamental bagi pasar. Investor asing juga masih menempatkan porsi investasi yang lebih kecil di Indonesia (underweight) karena beberapa kebijakan pemerintah. Meskipun ada upaya revisi kebijakan, investor masih menunggu realisasi dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Indonesia masih dipandang sebagai negara berbasis komoditas. Dengan harga komoditas yang stagnan atau menurun, belum ada daya tarik yang signifikan bagi investor.

Dari sisi domestik, investor juga belum melakukan aksi beli besar-besaran. Kondisi ini disebabkan oleh likuiditas yang ketat, penantian momentum yang tepat, dan pengalihan dana untuk book building perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO). Maraknya IPO membuat pasar cenderung sepi dalam beberapa hari terakhir.

Scroll to Top