APBN 2025: Pendapatan Negara Tertekan, Belanja Mulai Menggeliat
Kementerian Keuangan melaporkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga semester pertama 2025. Pendapatan negara tercatat mengalami penurunan sebesar 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai 40% dari target APBN 2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh merosotnya penerimaan pajak akibat harga komoditas yang lesu, pengalihan dividen BUMN, dan penundaan implementasi PPN 12% (kecuali barang mewah).
Di sisi lain, belanja negara menunjukkan pertumbuhan positif sekitar 0,6% YoY, mencapai 39% dari target APBN 2025. Peningkatan ini didorong oleh pencairan anggaran yang sebelumnya diblokir setelah inisiatif efisiensi.
Akibatnya, APBN 1H25 mencatatkan defisit sebesar Rp204,2 triliun, atau 0,84% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah memproyeksikan defisit APBN hingga akhir 2025 akan mencapai Rp662 triliun, atau 2,78% terhadap PDB, lebih besar dari proyeksi awal. Untuk menutupi defisit, pemerintah berencana menggunakan sisa anggaran lebih (SAL) sebesar Rp85,6 triliun.
Pemerintah juga merevisi asumsi makro ekonomi 2025. Proyeksi pertumbuhan ekonomi diturunkan dari 5,2% menjadi sekitar 4,7-5%.
Buyback Saham BUKA Berlanjut: Sisa Dana Rp1,1 Triliun
Bukalapak ($BUKA) berencana melanjutkan aksi buyback saham dengan sisa dana sekitar Rp1,1 triliun pada 7 Juli–6 Oktober 2025. Aksi korporasi ini tidak memerlukan persetujuan RUPS, sejalan dengan relaksasi yang diberikan OJK.
Berita Korporasi: MDKA, GIAA, KPIG
- Merdeka Copper Gold ($MDKA) menargetkan produksi emas dari proyek tambang emas Pani dimulai pada kuartal pertama 2026, dengan target produksi hingga 500.000 ounces per tahun.
- Garuda Indonesia ($GIAA) sedang menjajaki pembelian 50–75 pesawat dari Boeing, termasuk Boeing 737 Max 8 dan 787–9. GIAA menargetkan mengoperasikan total 120 unit pesawat dalam 5 tahun ke depan.
- MNC Asia Holding ($BHIT) menambah kepemilikannya di MNC Tourism Indonesia ($KPIG) dengan membeli 4,62 miliar saham.
Isu Hangat: Tarif AS, Industri Keramik, Nikel, dan Program Makan Bergizi Gratis
- Presiden AS, Donald Trump, mengisyaratkan pengenaan tarif baru dengan besaran 10-70%. Indonesia menawarkan peningkatan pembelian pesawat Garuda Indonesia dan impor gandum Indofood sebagai bagian dari negosiasi.
- Utilisasi industri keramik pada 1H25 mencapai 70-71%, di bawah target. Permintaan keramik stagnan akibat pelemahan daya beli dan lambatnya sektor properti. Lonjakan impor keramik asal India menjadi tantangan baru.
- Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mendesak pemerintah untuk mempertahankan durasi kuota pertambangan selama 3 tahun.
- Pemerintah memperkirakan penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan melonjak menjadi 20 juta orang pada Agustus 2025.
Investasi: Aset Produktif vs Non-Produktif
Penting untuk membedakan aset yang benar-benar menciptakan nilai dari yang sekadar menjadi alat spekulasi. Aset produktif menghasilkan laba, sementara aset non-produktif hanya menguntungkan jika dijual dengan harga lebih mahal.