ISIS seringkali dilihat sebagai kelompok teroris atau radikal. Namun, sebuah analisis menarik melihatnya sebagai refleksi dari ketegangan panjang antara dunia Islam dan Barat. Kemunculan ISIS dapat dipahami sebagai respons terhadap ketertinggalan peradaban Islam, setelah dahulu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan inovasi. Kehancuran Baghdad sebagai pusat keilmuan dan era kolonialisme Barat dinilai menjadi titik balik kemunduran Islam.
Solusi untuk mengatasi kekerasan yang disebabkan oleh radikalisme dan terorisme bukanlah sekadar tindakan represif atau perubahan undang-undang. Jauh lebih penting adalah membangun budaya keilmuan yang berkelanjutan. Perbedaan pendekatan dalam membangun peradaban menjadi kunci: Barat mengutamakan "institusionalisasi keraguan melalui ilmu pengetahuan", sementara kelompok radikal seperti ISIS memilih "institusionalisasi terorisme".
Dalam konteks global saat ini, di mana konflik ideologis, ekstremisme, dan populisme keagamaan marak terjadi, analisis ini sangat relevan. Terutama di era pasca Arab Spring dan kondisi Indonesia yang rentan terhadap radikalisasi digital, pendekatan historis dan reflektif menjadi krusial untuk memahami kekerasan atas nama agama. Gagasan bahwa pembangunan ilmu lebih ampuh dari peluru adalah pesan penting, mengingat konflik bersenjata masih terjadi di berbagai belahan dunia.
Artikel ini layak dijadikan acuan karena menawarkan:
- Perspektif Multidisiplin: Menggabungkan sejarah, politik, pendidikan, dan hubungan internasional.
- Kritik terhadap Pendekatan Represif Negara: Mengingatkan bahwa kebijakan keras tidak menghapus akar ideologi kekerasan.
- Relevansi untuk Kajian Islam Kontemporer, Hubungan Internasional, dan Pendidikan Karakter: Memberikan sudut pandang alternatif dalam mengatasi konflik ideologis.
Dengan demikian, memahami radikalisme Islam modern memerlukan pendekatan yang mendalam dan komprehensif. Bukan hanya fokus pada keamanan, tetapi juga mengedepankan budaya keilmuan sebagai solusi jangka panjang.
"Dengan senjata, kita bisa membunuh para teroris, dengan pendidikan, kita bisa membunuh terorisme."