WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi ekonomi yang menargetkan ekspor minyak Iran. Langkah ini diambil setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran yang ditengahi oleh AS diberlakukan bulan lalu.
Sanksi terbaru ini menyasar pengusaha Irak, Salim Ahmed Said, dan perusahaan miliknya yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA). Mereka dituduh membantu penyelundupan minyak Iran dengan mencampurkannya dengan minyak Irak.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa sanksi ini merupakan respons terhadap "perilaku Iran yang merusak." Menurutnya, Iran telah berkali-kali menolak kesempatan untuk memilih perdamaian dan malah memilih jalan ekstremisme.
"Departemen Keuangan akan terus menargetkan sumber pendapatan Teheran dan meningkatkan tekanan ekonomi untuk mengganggu akses rezim tersebut ke sumber daya keuangan yang memicu kegiatan destabilisasinya," tegas Bessent.
Meskipun sebelumnya Presiden AS, Donald Trump, mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran sanksi terkait ekspor energi Iran setelah gencatan senjata tercapai, namun janji tersebut tidak bertahan lama. Trump mengumumkan penghentian semua upaya keringanan sanksi setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengklaim kemenangan atas Israel.
Situasi di kawasan Timur Tengah semakin tegang setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap Iran pada 13 Juni, yang menyebabkan ratusan warga Iran tewas. AS kemudian bergabung dengan kampanye Israel dan menyerang tiga lokasi nuklir Iran. Iran membalas dengan serangan rudal terhadap Israel dan pangkalan udara yang menampung tentara AS di Qatar.
Menurut Pentagon, operasi pengeboman AS telah menghambat program nuklir Iran selama satu hingga dua tahun. Namun, keberadaan persediaan uranium yang diperkaya tinggi milik Iran masih belum jelas.
Sebagai respons terhadap serangan AS dan Israel, Iran mengesahkan undang-undang untuk menangguhkan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengungkapkan bahwa Iran melakukan kontak tidak langsung dengan AS melalui Oman dan Qatar untuk mencari solusi diplomatik atas krisis tersebut. Namun, ia menambahkan bahwa upaya diplomatik Iran telah "dikhianati".