Di tengah intensitas serangan militer Israel yang terus menimbulkan korban, Hamas mengumumkan kesediaannya untuk segera memulai diskusi terkait usulan gencatan senjata terbaru yang mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat.
Pengumuman ini muncul menjelang kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Washington untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump.
"Hamas siap terlibat langsung dan serius dalam putaran negosiasi terkait mekanisme implementasi proposal gencatan senjata," bunyi pernyataan resmi kelompok tersebut, setelah berdiskusi dengan berbagai faksi Palestina lainnya.
Langkah ini menandai potensi dimulainya kembali upaya diplomatik setelah konflik yang telah berlangsung hampir 21 bulan di Jalur Gaza.
Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas, juga menyatakan dukungannya terhadap perundingan, namun menekankan pentingnya jaminan bahwa Israel tidak akan melanjutkan agresinya setelah pembebasan sandera.
"Kami membutuhkan jaminan kuat bahwa Israel tidak akan kembali menyerang setelah para sandera dibebaskan," ujar perwakilan kelompok tersebut.
Konflik di Gaza bermula dari serangan mendadak Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu serangan balasan dari militer Israel. Tujuan operasi Israel adalah menghancurkan Hamas dan membebaskan semua sandera yang ditahan.
Dari 251 orang yang diculik oleh militan Palestina, 49 masih berada di Gaza. Militer Israel menyatakan 27 dari mereka telah meninggal dunia.
Sementara itu, data terbaru dari otoritas kesehatan Gaza menunjukkan bahwa serangan Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 57.000 warga Palestina. Sebagian besar penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal, dan ancaman kelaparan semakin nyata.
Netanyahu menegaskan komitmennya untuk memulangkan seluruh sandera.
"Saya memiliki komitmen mendalam untuk memastikan kembalinya semua warga kami yang diculik. Semuanya," tegasnya.
Presiden AS Donald Trump menyampaikan simpati terhadap penderitaan warga sipil di Gaza dan menekankan bahwa keselamatan mereka adalah prioritas dalam upaya perdamaian.
Proposal Gencatan Senjata 60 Hari
Sumber Palestina yang terlibat dalam negosiasi mengungkapkan bahwa proposal gencatan senjata terbaru mencakup jeda konflik selama 60 hari. Selama periode tersebut, Hamas akan membebaskan setengah dari sandera Israel yang masih hidup di Gaza (diperkirakan berjumlah 22 orang) sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Palestina oleh Israel.
Selain pertukaran tahanan, gencatan senjata ini juga dimaksudkan untuk membuka ruang bagi negosiasi lanjutan terkait gencatan senjata permanen dan pengakhiran konflik.
Namun, militer Israel menyatakan telah menggempur berbagai target Hamas di seluruh wilayah Gaza, termasuk sekitar Kota Gaza di utara serta Khan Yunis dan Rafah di selatan.
Dengan lebih dari dua juta penduduk, Jalur Gaza menghadapi krisis kemanusiaan akibat blokade dan penghancuran infrastruktur. Pasokan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan berada di titik nadir.
Tekanan internasional meningkat agar kesepakatan jangka panjang bisa segera dicapai, setelah dua gencatan senjata sebelumnya hanya berlangsung sementara.