Biaya perawatan penyakit ginjal kronis melonjak drastis. BPJS Kesehatan mencatat angka fantastis, mencapai Rp 11 triliun di tahun 2024, hampir dua kali lipat dari Rp 6,5 triliun pada tahun 2019. Pemicunya? Peningkatan signifikan jumlah pasien yang harus menjalani hemodialisis, atau lebih dikenal sebagai cuci darah.
Yang lebih mengkhawatirkan, usia pasien gagal ginjal kini semakin muda. Dulu penyakit ini identik dengan usia lanjut, kini anak muda usia produktif pun terpaksa rutin cuci darah.
Pakar urologi menjelaskan bahwa penyebab gagal ginjal sangat kompleks, namun lebih dari separuh pasien cuci darah memiliki penyakit penyerta. Diabetes menjadi penyebab utama. Konsumsi makanan dan minuman manis, terutama dengan pemanis buatan, sejak usia dini sangat berpengaruh pada metabolisme tubuh.
Gaya hidup sedenter, kurang gerak, ditambah konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis berlebihan pada anak-anak dan remaja memicu obesitas. Obesitas ini kemudian memicu resistensi insulin, dan berujung pada diabetes.
Selain diabetes, hipertensi atau tekanan darah tinggi juga merupakan penyebab umum gagal ginjal. Tekanan darah tinggi merusak pembuluh darah kecil di ginjal, menyebabkan penurunan fungsi secara bertahap.
Kurangnya asupan air (dehidrasi kronis) juga memperburuk kondisi ginjal. Gaya hidup modern yang kurang aktivitas fisik, namun tinggi konsumsi kopi, teh manis, dan soda menyebabkan tubuh kekurangan cairan, sehingga membebani kerja ginjal.
Konsumsi minuman manis berlebihan, terutama dengan pemanis buatan, adalah akar masalah metabolisme. Gangguan metabolisme memicu penyakit seperti diabetes dan hipertensi, yang pada akhirnya merusak ginjal.
Seringkali, gagal ginjal tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Pasien baru menyadari kondisinya saat sudah mencapai stadium akhir, saat ginjal hampir tidak berfungsi dan memerlukan cuci darah.
Gejala seperti mudah lelah, lemas, mual, hingga pucat sering disalahartikan sebagai masalah lambung. Padahal, stadium awal (1-3) bisa dideteksi melalui pemeriksaan rutin dan ditangani sebelum kerusakan permanen terjadi.
Peningkatan kasus gagal ginjal di usia muda adalah akumulasi dari pola hidup tidak sehat yang dijalani bertahun-tahun. Oleh karena itu, disarankan untuk rutin memeriksakan diri guna mencegah keterlambatan penanganan, terutama saat fungsi ginjal sudah menurun drastis. Deteksi dini adalah kunci untuk mencegah kerusakan ginjal permanen.