Demensia menjadi tantangan serius bagi China, berpotensi memicu krisis kesehatan dan kemanusiaan dalam satu hingga dua dekade mendatang. Pertumbuhan kasus demensia yang pesat di negara ini mengkhawatirkan, mengancam sistem perawatan kesehatan dan membebani keluarga.
Lonjakan Penderita yang Mengkhawatirkan
Dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun, jumlah penderita demensia di China melonjak drastis. Dari 4 juta pada tahun 1990, menjadi 17 juta pada tahun 2021. Tanpa tindakan pencegahan yang efektif, proyeksi menunjukkan angka ini bisa mencapai 115 juta pada tahun 2050. Laju pertumbuhan ini menjadikan China sebagai negara dengan peningkatan kasus demensia tercepat di dunia.
Negara dengan Penderita Demensia Terbanyak
Saat ini, China memegang predikat sebagai negara dengan jumlah penderita demensia terbanyak secara global. Sebuah studi memperkirakan bahwa pada tahun 2050, dua dari tiga penderita demensia di seluruh dunia akan berasal dari China. Hal ini sejalan dengan populasi lansia yang terus bertambah. China memiliki lebih dari 280 juta warga berusia 60 tahun ke atas pada tahun 2024, dan diperkirakan akan mencapai sekitar 500 juta pada tahun 2050. Semakin banyak populasi lansia, semakin tinggi risiko demensia.
Keterbatasan Infrastruktur dan Beban Keluarga
Kekhawatiran semakin besar mengingat terbatasnya jumlah spesialis neurologi dan psikiatri yang fokus pada perawatan lansia. Panti jompo juga umumnya kekurangan fasilitas dan pelatihan khusus untuk menangani penderita demensia. Kondisi ini menciptakan beban berat bagi keluarga, di mana perawatan informal sering kali menyebabkan tekanan ekonomi dan emosional yang signifikan. Banyak keluarga terpaksa berhenti bekerja untuk merawat orang tua mereka yang menderita demensia.
Memahami Demensia
Demensia adalah istilah umum yang menggambarkan penurunan fungsi kognitif yang cukup parah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Fungsi kognitif meliputi kemampuan berpikir, mengingat, berbahasa, membuat keputusan, dan mengendalikan emosi. Demensia bukan hanya sekadar pikun biasa, tetapi serangkaian gejala yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat penyakit seperti Alzheimer atau serangkaian stroke.
Faktor Risiko dan Beban Global
Lonjakan dramatis kasus demensia di China disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan harapan hidup yang ironisnya justru meningkatkan potensi kasus demensia. Selain itu, diabetes, obesitas, dan merokok, yang menjadi masalah kesehatan publik yang signifikan di China, juga berperan sebagai faktor risiko utama.
Demensia bukan hanya masalah China, tetapi juga beban ekonomi global. Biaya yang ditimbulkan mencapai US$1,3 triliun per tahun dan diproyeksikan melonjak menjadi US$2,8 triliun pada tahun 2030. Beban ini mencakup biaya medis langsung, perawatan sosial, dan perawatan informal dari keluarga. Di negara berkembang seperti China, beban informal ini seringkali lebih besar.
Tantangan Diagnosis dan Dampak Regional
Secara global, lebih dari 55 juta orang hidup dengan demensia pada tahun 2020, dan diperkirakan akan mencapai 78 juta pada tahun 2030 dan 139 juta pada tahun 2050. Peningkatan ini terutama akan terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk kawasan Asia Selatan dan Asia Pasifik. Artinya, masalah ini bukan hanya milik China, tetapi juga mengancam negara-negara tetangganya.
Sayangnya, mayoritas penderita demensia tidak terdiagnosis. Kesenjangan diagnosis ini menyebabkan jutaan orang kehilangan akses terhadap perawatan, informasi, dan dukungan yang dapat memperlambat penurunan kognitif mereka.