Jakarta – Momen haru mewarnai penutupan Retret Kepala Sekolah Rakyat tahap II di lingkungan Kementerian Sosial. Susanti, seorang Kepala Sekolah Rakyat dari Takalar, Sulawesi Selatan, tak kuasa menahan air mata kebahagiaan. Impiannya untuk memberikan akses pendidikan yang layak bagi anak-anak kurang mampu kini menemukan titik terang melalui program ini.
"Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Selama ini, saya selalu berhadapan dengan siswa dari keluarga prasejahtera. Kini, ada harapan bagi mereka untuk keluar dari lingkaran ini, dan saya menjadi bagian dari solusi. Saya sangat terharu, Bapak Presiden kita begitu peduli dengan nasib mereka," ujar Susanti dengan suara bergetar.
Pengalaman mengajar di daerah terpencil telah membuka matanya lebar-lebar. Susanti menyaksikan langsung bagaimana orang dewasa yang buta huruf kesulitan meningkatkan kualitas hidup, dan bagaimana hal itu berdampak pada pendidikan anak-anak mereka.
"Saya pernah terlibat dalam program Keaksaraan Fungsional, di mana saya mengajari orang dewasa yang belum bisa membaca. Kondisi ini secara otomatis memengaruhi pendidikan anak-anak mereka. Jika rantai ini terus berlanjut, kemiskinan akan terus diwariskan," jelasnya.
Susanti meyakini, kesenjangan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan adalah nyata. Program Sekolah Rakyat hadir sebagai solusi untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan berkualitas.
"Dengan pendidikan yang berkualitas, saya yakin kemiskinan dapat diatasi," tegasnya.
Keikutsertaan Susanti dalam Retret Kepala Sekolah Rakyat ini merupakan pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di Jakarta. Ia merasa bangga menjadi bagian dari upaya besar ini.
"Saya sangat terharu. Ini pertama kalinya saya ke Jakarta sendirian, dan itu karena program ini," ungkapnya.
Retret Kepala Sekolah Rakyat Tahap II, yang berlangsung dari tanggal 1 hingga 5 Juli 2025, secara resmi ditutup oleh Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Program ini diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh pelosok negeri.