Hamas mengumumkan respons positif terhadap usulan gencatan senjata selama 60 hari dengan Israel di Gaza, membuka harapan baru untuk mengakhiri konflik berkepanjangan.
Pernyataan Hamas menyebutkan kesiapan mereka untuk segera memulai negosiasi mengenai mekanisme penerapan kerangka kerja gencatan senjata ini. Respons ini muncul setelah Israel menerima draf gencatan senjata yang disponsori oleh Amerika Serikat.
Adanya respons positif dari kedua belah pihak memunculkan optimisme bahwa Hamas dan Israel siap memasuki tahap negosiasi akhir yang lebih rinci sebelum kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai secara resmi.
Seorang tokoh yang terlibat dalam diskusi antara Palestina dan Amerika Serikat, Bishara Bahbah, menyambut baik tanggapan Hamas. Ia berharap perang yang telah menyebabkan ribuan korban jiwa ini dapat segera diakhiri. Ia juga menyebutkan adanya amandemen yang diajukan oleh Hamas, namun ia yakin hal ini tidak akan menghalangi tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat.
Sumber internal di Israel mengungkapkan harapan besar terhadap tanggapan positif dari Hamas, termasuk perubahan beberapa poin dalam proposal gencatan senjata.
Proposal tersebut berisi beberapa poin penting, termasuk pembebasan 50 sandera Israel yang masih berada di Gaza. Secara spesifik, proposal tersebut menyerukan pembebasan 10 sandera yang masih hidup dan 18 yang telah meninggal selama gencatan senjata.
Pada hari pertama gencatan senjata, Hamas akan membebaskan delapan sandera yang masih hidup dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina. Setelah pembebasan ini, Israel akan menarik pasukannya dari beberapa wilayah di Gaza utara, dan kedua belah pihak akan memulai negosiasi menuju gencatan senjata permanen. Pembebasan sandera akan dilakukan tanpa upacara atau perayaan dari pihak Hamas.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan optimismenya bahwa kesepakatan gencatan senjata di Gaza dapat disepakati dalam waktu dekat setelah adanya tanggapan dari Hamas.