Awal Juli tahun ini akan dimanjakan dengan tiga peristiwa astronomi menarik yang menghiasi langit musim panas. Kita akan menyaksikan matahari terbenam paling akhir, Bumi mencapai titik terjauh dari Matahari, dan planet Merkurius bersinar terang.
Meskipun titik balik matahari musim panas menandai hari terpanjang, momen matahari terbenam paling lambat justru terjadi beberapa hari setelahnya. Diperkirakan pada tanggal 3 Juli, matahari terbenam terjadi sekitar satu menit lebih lambat dibandingkan saat titik balik musim panas. Keterlambatan ini disebabkan oleh perpaduan antara kemiringan sumbu rotasi Bumi, orbit elips planet kita, dan lokasi geografis. Periode matahari terbenam yang konsisten ini berlangsung dari 26 Juni hingga 9 Juli.
Kemudian, pada 4 Juli, Bumi mencapai titik terjauhnya dari Matahari, yang disebut aphelion. Pada saat itu, Bumi berjarak sekitar 152 juta kilometer dari Matahari. Meskipun berada pada jarak terjauh, belahan bumi utara tetap menikmati puncak musim panas, menegaskan bahwa musim ditentukan oleh kemiringan sumbu Bumi, bukan jaraknya dari Matahari.
Yang tak kalah menarik, pada 4 Juli juga, Merkurius mencapai elongasi timur terbesarnya. Pada posisi ini, Merkurius tampak cukup jauh dari Matahari sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang setelah matahari terbenam. Planet kecil ini akan bersinar dengan kecerahan 0,5 magnitudo, menyerupai permata berkilauan di langit senja. Karena Merkurius biasanya sulit dilihat karena dekat dengan Matahari, momen ini menawarkan kesempatan terbaik untuk mengamatinya. Selain itu, Merkurius akan berada dekat dengan gugus bintang Beehive (M44) di rasi bintang Cancer.
Meskipun ketiga fenomena ini tidak berhubungan langsung, kedekatan waktu terjadinya menjadikannya peristiwa khusus bagi para pengamat langit dan penggemar astrofotografi.