Indonesia Tawarkan Impor Energi dan Pertanian Senilai 34 Miliar Dolar AS ke AS Demi Redam Tarif

Presiden AS, Donald Trump, dikabarkan telah menandatangani surat penetapan tarif resiprokal baru kepada 12 negara. Surat berisi penawaran "terima atau tinggalkan" itu akan dikirimkan pada Senin, 7 Juli 2025. Meski enggan mengungkap daftar negara tersebut, Trump menjanjikan pengumuman akan dilakukan pada hari yang sama.

Sebelumnya, Trump telah mengumumkan pengenaan tarif impor dasar sebesar 10 persen dan tarif tambahan hingga 50 persen untuk sebagian besar negara. Implementasi tarif ini sempat ditunda selama 90 hari untuk memberikan waktu negosiasi. Penundaan ini akan berakhir pada 9 Juli mendatang, dengan potensi tarif yang lebih tinggi hingga 90 persen berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Sejauh ini, AS baru mencapai kesepakatan dagang dengan Inggris dan Vietnam. Negosiasi dengan Uni Eropa belum membuahkan hasil, sementara kesepakatan dengan India gagal terwujud.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pemerintah akan mengimpor energi dan produk pertanian dari AS senilai 34 miliar dolar AS. Langkah ini merupakan bagian dari negosiasi tarif resiprokal dengan AS untuk mengurangi defisit neraca dagang AS ke Indonesia yang saat ini mencapai 19 miliar dolar AS.

Rencana impor ini meliputi energi senilai 15,5 miliar dolar AS, produk pertanian, serta investasi dari BUMN dan BPI Danantara. Indonesia dan AS dijadwalkan menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada Senin, 7 Juli 2025.

Airlangga menegaskan bahwa kerja sama impor ini bersifat jangka panjang dan menunjukkan sinergi antara pemerintah, regulator, pengusaha BUMN, dan swasta dalam merespons potensi pengenaan tarif resiprokal. Dengan demikian, Indonesia berharap dapat memperoleh tarif impor yang lebih rendah dibandingkan negara lain.

Scroll to Top