Rio de Janeiro – Presiden terpilih Prabowo Subianto turut serta dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil. Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, dalam pidatonya di hadapan Prabowo, menegaskan bahwa BRICS adalah representasi nyata dari deklarasi Konferensi Asia-Afrika, atau yang dikenal sebagai Konferensi Bandung.
Lula menyampaikan pernyataan tersebut saat membuka sesi pertama KTT BRICS ke-17 di Museum Seni Modern (MAM), Rio de Janeiro. Kehadiran Prabowo menandai partisipasi pertama Indonesia sebagai anggota BRICS sejak resmi bergabung pada 1 Januari 2025.
"BRICS merupakan manifestasi dari gerakan non-blok Bandung. BRICS menghidupi semangat Bandung," ujar Lula, yang menekankan akar historis dan ideologis BRICS dalam konteks gerakan global yang lebih luas.
Dalam kesempatan itu, Lula menyoroti tantangan global saat ini, terutama krisis multilateralisme. Ia menyatakan, "Pada 26 Juni lalu, PBB genap berusia 80 tahun, tetapi kita justru menyaksikan keruntuhan multilateralisme yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Lula mengingatkan bahwa pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan simbol kekalahan fasisme dan harapan kolektif dunia. Ia juga menekankan bahwa sebagian besar anggota BRICS adalah pendiri PBB.
"Sepuluh tahun setelah PBB berdiri, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia dalam zona pengaruh dan memperjuangkan tatanan internasional yang multipolar," jelas Lula.
Dengan demikian, Lula menegaskan kembali peran BRICS sebagai pewaris gerakan non-blok dalam percaturan global.
KTT BRICS ini menjadi forum penting bagi para pemimpin untuk membahas berbagai isu politik dan keamanan global, termasuk konflik yang berkepanjangan, reformasi tata kelola global, dan penguatan multilateralisme. Selain itu, para pemimpin juga akan membahas kerja sama ekonomi dan keuangan, serta isu-isu krusial lainnya seperti tata kelola artificial intelligence, lingkungan dan aksi iklim, serta kesehatan global.
