Aktris senior Sha Ine Febriyanti langsung jatuh cinta pada Gayo saat pertama kali menginjakkan kakinya di sana. Bukan kemewahan atau keramaian yang memikatnya, melainkan ketenangan dan kesejukan yang dirasakannya.
"Kota ini tenang dan teduh," ungkap Ine saat wawancara.
Dalam film "Black Coffee", Ine memerankan Rabiah, seorang wanita tunanetra yang hidup sederhana sebagai petani kopi bersama suaminya, yang juga tunanetra, diperankan oleh Reza Rahadian. Film ini menggambarkan kehidupan bersahaja masyarakat Gayo.
"Ceritanya sangat sederhana, tentang kehidupan sehari-hari. Justru di situlah keindahannya," jelasnya.
Meskipun sederhana, peran ini menjadi tantangan bagi Ine. Ia harus mendalami bahasa dan budaya Gayo, serta menyampaikan emosi dengan subtil.
"Saya berbahasa Gayo, dan aktingnya harus alami. Ini tantangan besar," katanya.
Ine mengagumi keunikan masyarakat Gayo. Dibandingkan kota besar seperti Medan atau Banda Aceh, masyarakat Gayo memiliki karakter yang lembut dan halus, selaras dengan alamnya yang menenangkan.
"Di sini seperti di Jawa Tengah, orang-orangnya halus dan bertutur kata lembut. Alamnya juga teduh, membuat saya betah. Udara dinginnya juga menyenangkan," tambahnya.
"Black Coffee" bukan sekadar film tentang budaya Gayo. Film ini menyentuh sisi humanis dari cinta, perjuangan, dan penerimaan diri dalam keterbatasan.
"Banyak yang mengira film ini populis karena melibatkan nama besar dan latar yang terkenal. Namun, film ini sangat subtil dan jujur dalam menggambarkan masyarakat Gayo," pungkasnya.