Harga Emas Kembali Bergairah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Harga emas kembali menunjukkan taringnya setelah sempat tertekan pada perdagangan sebelumnya. Kekhawatiran mengenai defisit fiskal Amerika Serikat (AS) dan potensi penerapan tarif baru oleh Washington menjadi pendorong utama minat terhadap aset safe haven ini.

Pekan ini, pasar emas diprediksi akan mengalami fluktuasi harga yang signifikan. Investor akan mencermati dua peristiwa penting: perkembangan negosiasi tarif perdagangan dan rilis risalah rapat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Pada perdagangan hari ini, Senin (7/7/2025), harga emas di pasar spot sedikit melemah sebesar 0,25% menjadi US$3.327,696 per troy ons pada pukul 06.34 WIB.

Meskipun demikian, pada hari Jumat (4/7/2025) sebelumnya, harga emas sempat naik 0,30% ke level US$3.326,34 per troy ons, memulihkan sebagian dari kerugian yang dialami akibat penurunan tajam sebelumnya.

Sentimen positif terhadap emas dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan penerapan tarif baru terhadap sejumlah negara. Trump mengindikasikan bahwa ia telah menandatangani surat kepada 12 negara yang berisi rincian tarif yang akan dikenakan atas barang-barang ekspor mereka ke AS.

Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap ketidakpuasan AS terhadap negosiasi perdagangan yang dianggap terlalu lambat. Sebelumnya, AS hanya berhasil mencapai kesepakatan perdagangan dengan Inggris, Vietnam, dan kerangka terbatas dengan China.

Selain isu tarif, kekhawatiran terhadap defisit fiskal AS juga turut menopang harga emas. Kongres telah menyetujui RUU pemotongan pajak yang diajukan oleh Presiden Trump, yang diperkirakan akan menambah utang nasional AS sebesar US$3,4 triliun.

Para investor saat ini menunggu perkembangan negosiasi perdagangan. Jika hasilnya lebih buruk dari ekspektasi pasar, ketidakpastian akan meningkat dan berpotensi mendorong harga emas lebih tinggi.

Sementara itu, bank sentral global terus menambah cadangan emas mereka. Pada bulan Mei, total pembelian emas bersih mencapai 20 ton, meningkat 66,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Kazakhstan menjadi pembeli utama, diikuti oleh Bank Nasional Polandia dan Bank Sentral Turki.

Selain itu, pelaku pasar juga akan fokus pada rilis risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang diharapkan memberikan petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed. Sinyal hawkish dari The Fed berpotensi menekan harga emas, begitu pula sebaliknya.

Scroll to Top