SANAA – Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara masif ke Yaman, menyasar sejumlah lokasi strategis yang dikendalikan oleh kelompok Houthi. Serangan yang diklaim menargetkan fasilitas penting itu, mendapatkan respons keras dari kelompok Houthi yang menyatakan pertahanan udara mereka aktif melawan agresi tersebut.
"Pertahanan udara Yaman secara efektif menghadapi agresi Israel," tegas perwakilan kelompok Houthi dalam pernyataan singkatnya. Mereka menambahkan, perlawanan dilakukan dengan serangan rudal permukaan-ke-udara buatan lokal.
Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai korban jiwa atau luka-luka akibat serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel.
Mohammed Al Farah, anggota biro politik Houthi, mengecam tindakan Israel yang menargetkan pelabuhan Yaman, pembangkit listrik, dan fasilitas sipil lainnya. Ia menuduh bahwa serangan tersebut merupakan upaya untuk melukai warga sipil dan tidak terkait dengan aktivitas militer. Pernyataan ini disiarkan oleh stasiun televisi Al-Masirah.
Serangan besar-besaran Israel, yang dinamakan Operasi Bendera Hitam, diduga merupakan respons terhadap peluncuran sejumlah rudal balistik Houthi ke wilayah Israel usai gencatan senjata Iran-Israel.
Target serangan Israel meliputi pelabuhan Hodeida, Ras Isa, Salif, pembangkit listrik Ras Kanatib di sepanjang Laut Merah, serta kapal kargo Galaxy Leader yang direbut Houthi pada November 2023.
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Houthi memasang sistem radar di kapal tersebut dan menggunakannya untuk melacak kapal-kapal di perairan internasional, dengan tujuan memfasilitasi aktivitas teroris.
Sebelum serangan dilancarkan, juru bicara IDF berbahasa Arab, Avichay Adraee, telah mengeluarkan peringatan evakuasi bagi pelabuhan dan pembangkit listrik di Yaman.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa serangan ini adalah bagian dari Operasi Bendera Hitam. Ia memperingatkan bahwa Houthi akan terus menerima konsekuensi berat atas tindakan mereka dan mengancam akan melancarkan serangan lanjutan jika Houthi terus meluncurkan drone dan rudal balistik ke Israel.
Serangan Israel ke Yaman terjadi bersamaan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Washington untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat.
Sejak konflik Israel-Hamas di Gaza dimulai pada Oktober 2023, Israel telah menjadi sasaran serangan rudal dan roket dari Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Kelompok-kelompok ini mengklaim serangan mereka sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
Houthi, yang didukung oleh Iran, juga berulang kali menargetkan kapal komersial dan militer di Laut Merah.
Pada bulan Maret, AS melakukan serangan besar-besaran di Yaman dengan tujuan melemahkan kemampuan militer kelompok tersebut.