Pergerakan pasar keuangan Indonesia pada penutupan perdagangan minggu lalu menunjukkan dinamika yang menarik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru menguat. Bagaimana prospek pasar di pekan ini?
IHSG dan rupiah memiliki potensi untuk menguat dalam sepekan mendatang. Sentimen positif diperkirakan akan mendominasi, terutama dengan meredanya kekhawatiran terkait tarif impor dari Presiden AS Donald Trump.
Pada perdagangan Jumat (4/7/2025), IHSG ditutup melemah tipis sebesar 0,19% di level 6.865,19, melanjutkan tren penurunan selama lima hari berturut-turut. Aktivitas perdagangan mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp 8,29 triliun. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 465,9 miliar.
Sektor infrastruktur menjadi salah satu faktor yang membebani kinerja IHSG, dengan saham-saham BUMN mengalami penurunan. Ketidakpastian global dan domestik, serta minimnya sentimen fundamental dari kinerja emiten, membuat investor cenderung wait and see.
Sementara itu, nilai tukar rupiah berhasil menguat tipis 0,03% ke level Rp 16.180 per dolar AS. Penguatan ini melanjutkan tren positif rupiah terhadap dolar AS selama dua hari berturut-turut.
Penguatan rupiah ini terjadi di tengah sinyal dari Bank Indonesia (BI) mengenai potensi penurunan suku bunga acuan di tahun ini. BI mengindikasikan adanya ruang untuk menurunkan BI Rate seiring dengan inflasi yang terkendali dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dari mancanegara, data terbaru menunjukkan peningkatan non-farm payrolls di AS pada bulan Juni, melampaui ekspektasi pasar. Hal ini sedikit mengurangi ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).
Wall Street menutup perdagangan terakhir pekan lalu dengan optimisme. Antisipasi kesepakatan tarif dagang AS dengan beberapa negara mendorong volatilitas pasar saham.
Investor akan mencermati perkembangan berita utama terkait tarif dari Washington pada minggu ini. Tenggat waktu penangguhan sementara pungutan impor yang bersifat menghukum akan segera berakhir.
Investor juga akan memantau rilis data cadangan devisa Indonesia untuk periode Juni 2025 pada Senin (7/7/2025). Data ini akan memberikan gambaran mengenai ketahanan sektor eksternal serta stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia.
Selain itu, data konsumen Indonesia yang akan dirilis oleh Bank Indonesia pada pekan ini juga akan menjadi perhatian. Data ini penting untuk mengukur seberapa kuat daya beli masyarakat Indonesia pada kuartal II-2025.
FOMC Minutes, laporan risalah the Fed, juga akan menjadi sorotan pada pekan ini. Laporan ini akan memberikan gambaran terbaru mengenai arah kebijakan suku bunga AS.
Dari kawasan regional, data inflasi China untuk periode Juni 2025 akan dirilis pada Rabu (9/7/2025). Data ini penting untuk diperhatikan karena China telah mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut.
Aktivitas penawaran umum perdana saham (IPO) pada pekan ini diharapkan dapat menambah gairah di pasar saham. Sejumlah emiten akan memulai perdagangan resmi mereka pada pekan ini.
Namun, terdapat beberapa sentimen negatif yang dapat memperberat kinerja pasar keuangan Indonesia, mulai dari beban utang negara hingga ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.