Pasar mobil bekas di China tengah dihebohkan dengan kemunculan mobil-mobil yang kondisinya nyaris seperti baru, padahal secara administratif sudah berstatus bekas. Fenomena ini dikenal dengan istilah "mobil bekas 0 kilometer", yaitu mobil yang terdaftar sudah terjual namun jarang atau bahkan tidak pernah digunakan.
Praktik penjualan mobil bekas 0 km ini semakin marak karena dianggap sebagai cara cepat untuk menghabiskan stok dan mendongkrak angka penjualan. Dealer dan platform pihak ketiga memainkan peran penting dalam perdagangan mobil-mobil ini.
Tujuan dari praktik ini beragam, mulai dari mengejar target penjualan yang ditetapkan pabrikan, memanfaatkan celah subsidi pemerintah, hingga menghindari tekanan akibat terlalu banyaknya stok kendaraan di gudang. Tindakan ini dianggap merusak transparansi dan persaingan yang sehat di pasar otomotif.
Konsumen yang tergiur dengan tawaran mobil bekas 0 km ini perlu berhati-hati, karena mereka berpotensi kehilangan manfaat sebagai pemilik pertama, menghadapi risiko kualitas baterai (khususnya untuk mobil listrik), hingga mengalami depresiasi nilai jual yang lebih besar di kemudian hari.
Ironisnya, tren penjualan mobil "baru tapi bekas" ini tidak hanya terjadi di dalam negeri, tapi juga merambah ke pasar ekspor. Lonjakan angka ekspor mobil bekas dari China menjadi indikasi kuat adanya praktik ini. Pada tahun 2023, ekspor mobil bekas mencapai 275.000 unit, lalu melonjak menjadi 436.000 unit pada tahun 2024 atau naik lebih dari 58 persen hanya dalam setahun. Kenaikan signifikan ini diduga kuat dipicu oleh praktik penjualan mobil bekas 0 km.
Menyadari permasalahan ini, pemerintah China mulai memperketat regulasi ekspor mobil bekas. Setiap kendaraan bekas yang akan diekspor kini wajib memenuhi standar teknis nasional, yaitu WM/T 8-2022 untuk mobil penumpang dan WM/T 9-2022 untuk kendaraan komersial dan trailer. Selain itu, setiap unit harus diperiksa oleh lembaga independen yang tersertifikasi. Eksportir juga wajib menyertakan laporan inspeksi dan memastikan kendaraan lolos regulasi negara tujuan ekspor.
Pemerintah China juga mendorong penggunaan sistem "Rekam Kesehatan Elektronik Pemeliharaan Otomotif" untuk memverifikasi riwayat servis mobil sebelum diekspor. Langkah-langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga ketertiban pengembangan sektor otomotif dan mendukung perluasan pasar ekspor kendaraan bekas yang sehat dan berkelanjutan.