Elon Musk Bentuk Partai Baru, Trump Anggap Konyol!

CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, membuat gebrakan dengan meluncurkan partai politik baru bernama "America Party" pada hari Minggu, 6 Juli. Langkah ini langsung menuai kritik dari mantan Presiden AS, Donald Trump.

Musk, yang sebelumnya pernah menjadi penasihat Trump, mengumumkan pembentukan partai tersebut melalui serangkaian unggahan di platform media sosial X (dulu Twitter). Ia menyatakan bahwa negara sedang terbebani oleh pemborosan dan korupsi, seolah-olah hanya ada satu partai yang berkuasa. "America Party dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda," tulis Musk.

Menanggapi hal ini, Trump menyebut pembentukan partai ketiga sebagai sesuatu yang "konyol". Ia berpendapat bahwa sistem di AS selalu didominasi oleh dua partai, dan kehadiran partai ketiga hanya akan menambah kebingungan. "Konsep tiga partai tidak pernah berhasil," tegas Trump.

Perseteruan Musk dan Trump Memicu Pembentukan Partai Baru

Wacana pendirian partai politik oleh Musk muncul setelah hubungannya dengan Trump memburuk. Sebelumnya, Musk pernah menyumbang ratusan juta dolar untuk kampanye Trump dan memimpin lembaga yang bertujuan mengurangi pengeluaran negara. Namun, hubungan keduanya retak dan perseteruan mereka menjadi konsumsi publik.

Pemicu utama ide pembentukan partai baru ini adalah penentangan Musk terhadap rancangan undang-undang terkait pajak dan belanja negara yang diusulkan Trump. Musk menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap kebijakan tersebut dan bertekad mendirikan partai baru untuk menentang Partai Republik yang mendukung RUU tersebut.

Musk bahkan melakukan jajak pendapat di X, menanyakan apakah publik menginginkan "merdeka dari sistem dua partai, atau seperti yang diyakini sebagian orang, sistem satu partai yang disamarkan." Hasilnya, lebih dari 60 persen dari 1,2 juta responden mendukung hadirnya partai baru.

Sejarah Mencatat Kegagalan Partai Ketiga

Upaya untuk membentuk partai ketiga yang benar-benar kompetitif dan menggoyahkan dominasi Partai Demokrat dan Republik telah berlangsung lebih dari satu abad. Namun, sejarah mencatat banyak kegagalan.

Mantan Presiden Theodore Roosevelt menjadi sosok yang paling mendekati keberhasilan pada tahun 1912, setelah berpisah dari Partai Republik. Ia maju sebagai kandidat dari Partai Progresif dan meraih 27 persen suara populer serta 88 suara elektoral.

Pada tahun 1992, miliarder Ross Perot meraih 19 persen suara populer sebagai kandidat independen dalam pemilu presiden. Meskipun tidak meraih suara elektoral, ia kemudian membentuk Partai Reformasi.

Mampukah Kekayaan Musk Menaklukkan Realitas Politik?

Musk memberi sinyal bahwa ia tidak menargetkan kemenangan mutlak. Sebaliknya, America Party akan fokus merebut beberapa kursi di DPR dan Senat melalui pendekatan "kekuatan yang sangat terfokus" di daerah-daerah kunci.

Dengan menyasar pemilihan di daerah-daerah strategis, America Party berharap dapat memegang suara penentu dalam proses legislasi.

Dana kampanye yang sangat besar bisa menjadi keunggulan Musk. Namun, uang bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam politik.

Musk pernah memberikan sumbangan besar kepada sejumlah pemilih di Wisconsin menjelang pemilihan hakim Mahkamah Agung negara bagian tersebut. Namun, pemilih justru memilih kandidat yang didukung Partai Demokrat, meskipun kandidat konservatif memiliki anggaran kampanye yang lebih besar.

Ke depan, akan menarik untuk melihat apakah ambisi Musk dapat mengubah lanskap politik Amerika Serikat, ataukah ia akan menjadi bagian dari sejarah panjang kegagalan partai ketiga.

Scroll to Top