Jakarta – Kelompok milisi Houthi di Yaman meluncurkan serangkaian serangan rudal ke wilayah Israel, sebagai respons atas serangan Israel terhadap beberapa fasilitas penting mereka.
Ameen Hayyan, juru bicara Houthi, menyatakan bahwa serangan balasan ini melibatkan penggunaan rudal permukaan-ke-udara buatan dalam negeri.
"Pertahanan udara Yaman berhasil menangkal agresi Israel dan memaksa mundur sebagian besar formasi musuh dengan menggunakan rentetan besar rudal permukaan-ke-udara produksi lokal. Hal ini menyebabkan kebingungan di kalangan pilot musuh," ungkap Hayyan dalam pernyataannya.
Hayyan juga menegaskan bahwa Houthi siap menghadapi Israel dengan segala kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki.
"Kami meyakinkan rakyat bahwa kami dalam keadaan siap siaga, dengan pertolongan Tuhan, untuk menghadapi para agresor, dan bahwa serangan-serangan ini tidak akan memengaruhi kemampuan militer kami," tambahnya.
Ia juga menegaskan bahwa dukungan Houthi untuk milisi Hamas Palestina akan terus berlanjut, dan mereka akan membela diri dengan kekuatan penuh.
Serangan Israel ke Yaman terjadi setelah tiga rudal balistik Houthi ditembakkan ke Israel selama akhir pekan. Target serangan Israel meliputi pelabuhan Hodeida, Ras Isa, Salif, dan pembangkit listrik Ras Kanatib di sepanjang Laut Merah. Pasukan Israel juga menyerang Galaxy Leader, kapal kargo yang dibajak Houthi pada November 2023, yang menurut Israel digunakan untuk melacak kapal-kapal di perairan internasional.
Menteri Pertahanan Israel menyebut operasi ini sebagai Operasi Bendera Hitam.
Serangan ini menandai serangan pertama Israel terhadap fasilitas Houthi di Yaman sejak gencatan senjata dengan Iran dalam perang 12 hari.
Sejak agresi Israel ke Jalur Gaza pada Oktober 2023, Houthi Yaman dan Hizbullah di Lebanon terus menembakkan rudal ke Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas Palestina. Houthi juga berulang kali menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah yang terkait dengan Israel.