Indonesia memiliki potensi astronomi yang luar biasa, namun belum sepenuhnya dimanfaatkan. Keberhasilan Vera Rubin Observatory (VRO) menangkap "cahaya pertama" di Chile menjadi momentum penting untuk mendorong pengembangan observatorium astronomi berkelas dunia di Tanah Air.
VRO, dengan Legacy Survey of Space and Time (LSST), adalah fasilitas survei langit paling canggih yang pernah ada. Kamera 3,2 gigapikselnya mampu merekam area langit tujuh kali lebih luas dari bulan purnama hanya dalam 15 detik. Data yang dihasilkan, mencapai 15 terabyte per malam, akan merevolusi pemahaman kita tentang alam semesta, mulai dari asteroid dekat Bumi hingga materi gelap.
Indonesia, dengan langit gelap dan lokasinya yang strategis di wilayah tropis, memiliki keuntungan dalam survei langit. Posisi geografis memungkinkan kita mengamati belahan langit utara dan selatan secara bersamaan, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh observatorium di lintang yang lebih tinggi.
Meskipun telah memiliki puluhan observatorium yang tersebar di berbagai institusi, termasuk Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL), Indonesia masih tertinggal dalam hal fasilitas dan integrasi data. Teleskop terbesar saat ini, berada di Observatorium Bosscha, berdiameter 0,6 meter, jauh lebih kecil dari teleskop 8,4 meter milik VRO.
Namun, harapan tetap ada. Pembangunan teleskop 3,8 meter di Observatorium Nasional Timau adalah langkah maju yang signifikan. Selain itu, komunitas seperti Jaringan Observatorium dan Planetarium Indonesia (JOPI) berusaha untuk mengintegrasikan jaringan observatorium yang ada.
Pengembangan observatorium berkelas dunia di Indonesia akan memberikan manfaat yang luas, antara lain:
- Deteksi dini ancaman antariksa: Data mutakhir akan membantu memperbaiki model orbit asteroid dan memitigasi potensi bahaya.
- Inovasi teknologi: Pembangunan instrumen astronomi canggih akan mendorong inovasi di bidang optik, instrumentasi, dan data science.
- Literasi publik: Kegiatan observasi langit dan citizen science akan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang astronomi.
Pengembangan observatorium juga sejalan dengan dua misi pembangunan nasional dalam Astacita: penguasaan sains, teknologi, dan inovasi, serta pengembangan sumber daya manusia yang unggul. Pelatihan astronom, teknisi, dan analis data sangat penting untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
Observasi langit juga dapat memberikan informasi berharga tentang atmosfer Bumi, yang penting untuk riset iklim.
Peringatan Asteroid Day setiap tanggal 30 Juni menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko dampak asteroid. OAIL secara rutin menyelenggarakan kegiatan edukasi dan observasi asteroid.
OAIL juga aktif melakukan pengamatan asteroid dengan teleskop robotik, berhasil mengumpulkan data dari berbagai objek dekat Bumi dan komet.
Untuk mewujudkan mimpi observatorium berkelas dunia, dibutuhkan keterlibatan aktif dari semua pihak: pemangku kebijakan, akademisi, industri, dan masyarakat umum. Metode survei layaknya LSST milik VRO juga dapat diadopsi untuk menjadi sarana penguat pertahanan dan keamanan terutama dari ancaman benda jatuh antariksa.
Mari jadikan keberhasilan VRO sebagai inspirasi untuk kebangkitan astronomi di Indonesia. Impian ini bukan hanya milik para astronom, tetapi juga milik seluruh bangsa. Membangun observatorium modern bukan hanya melindungi Bumi, tetapi juga menyalakan mimpi bagi kemajuan sains dan teknologi untuk generasi mendatang.