Iran menyatakan memiliki kemampuan militer yang cukup untuk melancarkan serangan ke Israel setiap hari selama dua tahun penuh. Penasihat Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Mayor Jenderal Ebrahim Jabbari, menegaskan bahwa angkatan bersenjata Iran berada dalam kondisi siap tempur tertinggi.
Jabbari menjelaskan bahwa Iran memiliki gudang senjata, pangkalan rudal bawah tanah, dan fasilitas dalam jumlah besar. Bahkan, sebagian besar kemampuan pertahanan dan rudal efektif Iran belum diperlihatkan kepada dunia. Ia mengklaim bahwa jika terjadi perang dengan Israel dan Amerika Serikat, fasilitas militer Iran tidak akan habis meskipun meluncurkan rudal setiap hari selama dua tahun.
Pernyataan ini muncul di tengah kecaman keras Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, terhadap agresi militer Israel dan Amerika Serikat. Araqchi menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional, termasuk Piagam PBB, serta rezim nonproliferasi dan landasan diplomasi. Ia menekankan bahwa tindakan ini memiliki konsekuensi besar bagi perdamaian dan keamanan regional.
Dalam pertemuan dengan para mitranya dari berbagai negara di sela-sela KTT BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Araqchi menyoroti "hasutan perang dan ekspansionisme rezim Zionis dengan impunitas" yang didukung oleh Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Ia menyerukan semua pemerintah untuk menghentikan kejahatan Israel terhadap Palestina dan agresinya di wilayah tersebut.
Para menteri luar negeri dari Brasil, Rusia, Tiongkok, Turki, Mesir, dan India juga membahas agresi militer AS-Israel terhadap Iran dan implikasinya terhadap kawasan tersebut. Mereka menekankan perlunya tindakan internasional mendesak untuk mengakhiri genosida Israel terhadap warga Palestina dan meminta pertanggungjawaban rezim tersebut atas kejahatannya.
Di sela-sela KTT BRICS, Rabbi Yisroel Dovid Weiss, seorang tokoh anti-Zionis, juga bertemu dengan Araqchi untuk menyatakan dukungan dan solidaritas dengan rakyat dan pemerintah Iran.