Serangan Dahsyat Guncang Laut Merah: Kapal Kargo Dihantam Roket dan Drone Laut

Sebuah kapal kargo berbendera Liberia, milik perusahaan Yunani, mengalami serangan serius di Laut Merah pada Minggu (6/7/2025). Insiden ini menandai kembalinya kekerasan di jalur pelayaran vital tersebut setelah sempat mereda sejak pertengahan April. Seluruh kru kapal berhasil dievakuasi dengan selamat setelah kapal terbakar dan mulai tenggelam.

Menurut laporan, kapal bernama Magic Seas diserang sekitar 51 mil laut barat daya Hodeidah, Yaman. Serangan itu meliputi tembakan senjata api, roket, dan serangan dari kendaraan laut tanpa awak (USV), yang memicu kebakaran hebat dan merusak muatan kapal.

Awak kapal diselamatkan oleh kapal dagang lain yang kebetulan melintas di area tersebut. Laporan awal menunjukkan bahwa kapal diserang oleh delapan perahu kecil yang menembakkan senjata ringan dan peluncur granat. Awak keamanan bersenjata di kapal sempat membalas tembakan.

Selanjutnya, empat USV menyerang kapal. Dua di antaranya menghantam sisi kiri kapal dan menyebabkan kerusakan parah pada muatan.

Meskipun belum ada pihak yang secara resmi mengaku bertanggung jawab, pola serangan mengindikasikan keterlibatan kelompok Houthi yang didukung Iran.

Serangan ini terjadi setelah jeda aksi kekerasan sejak Amerika Serikat dan Houthi menyetujui penghentian serangan timbal balik pada pertengahan April. Sebelumnya, ada kesepakatan mediasi oleh Oman antara AS dan Houthi untuk tidak saling menyerang, termasuk kapal AS yang melintas di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab.

Namun, ketegangan kembali meningkat setelah AS melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran bulan lalu. Akibatnya, Houthi mengancam akan kembali menargetkan kapal-kapal AS jika Washington terlibat dalam serangan terhadap Iran.

Serangan terbaru ini menambah daftar panjang ketegangan di kawasan, yang dipicu oleh konflik Israel-Hamas di Gaza dan eskalasi militer antara Israel dan Iran pada Juni lalu.

Sejak November 2023, Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal-kapal internasional, yang mereka klaim sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina. Akibat serangan tersebut, dua kapal tenggelam, satu kapal disita, dan setidaknya empat pelaut tewas.

Serangan-serangan ini memaksa perusahaan pelayaran untuk mengubah rute, meningkatkan biaya logistik, dan memperburuk ketidakstabilan di jalur perdagangan global yang krusial. Insiden ini menegaskan bahwa Laut Merah tetap menjadi zona risiko tinggi, terlepas dari upaya deeskalasi yang diupayakan.

Scroll to Top