Film Indonesia terbaru, "Rumah untuk Alie," hadir sebagai tamparan keras bagi kita semua. Film ini menyoroti realita kelam yang seringkali terabaikan: perundungan di lingkungan keluarga.
Melalui alur cerita yang menyentuh, film ini mengisahkan Alie, anak bungsu dari lima bersaudara, yang mengalami kekerasan verbal dan fisik. Tragisnya, ia dianggap sebagai penyebab kematian ibunya. Kisah Alie ini bukan hanya sekadar drama, namun juga cerminan dari luka batin yang mendalam.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) memberikan perhatian khusus pada film ini. Beliau menekankan relevansi film dengan isu perlindungan anak yang menjadi fokus utama kementeriannya. "Film ini menyajikan pesan introspeksi, mengingatkan kita untuk memastikan keamanan dan kenyamanan anggota keluarga, serta pola asuh dan komunikasi yang sehat," ujarnya.
Alie, diperankan dengan apik oleh Anantya Kirana, menggambarkan seorang anak perempuan yang seharusnya dilimpahi kasih sayang. Namun, takdir berkata lain. Ia harus menghadapi hukuman atas kepergian ibunya. Anantya berhasil membawakan peran Alie dengan penuh emosi, menggambarkan luka seorang anak yang berusaha bertahan di tengah keluarga yang justru menyakitinya.
"Rumah untuk Alie" menjadi pengingat yang pedih bahwa perundungan dapat terjadi di mana saja, bahkan di rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman. Film ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga ajakan untuk lebih peka terhadap kondisi keluarga dan orang-orang di sekitar kita.