Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengungkapkan bahwa dirinya menjadi target upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Israel. Klaim ini muncul setelah konflik 12 hari antara kedua negara bulan lalu. Pezeshkian menyatakan upaya tersebut gagal mencapai tujuannya.
Dalam wawancara dengan tokoh media Amerika Serikat, Tucker Carlson, Pezeshkian menyebutkan bahwa upaya pembunuhan tersebut terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel. Beberapa waktu sebelumnya, Israel melancarkan serangan yang menewaskan sejumlah komandan militer dan ilmuwan nuklir Iran.
Serangan Israel itu terjadi menjelang putaran perundingan nuklir antara Teheran dan Washington, yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan terkait program nuklir Iran. Serangan itu sendiri, menurut banyak pihak, telah menghambat jalannya negosiasi.
"Ya, mereka mencoba. Mereka bertindak seperti itu, tetapi gagal," kata Pezeshkian menanggapi pertanyaan tentang apakah Israel telah mencoba membunuhnya. Ia juga menambahkan, "Bukan Amerika Serikat yang berada di balik upaya pembunuhan terhadap saya. Melainkan Israel… mereka mencoba membombardir area tempat kami mengadakan pertemuan."
Menurut data dari otoritas kehakiman Iran, lebih dari 900 orang tewas selama konflik 12 hari tersebut. Sementara laporan dari Israel mencatat setidaknya 28 korban jiwa akibat serangan balasan Iran.
Konflik antara Iran dan Israel juga melibatkan Amerika Serikat, yang melancarkan serangan terhadap beberapa fasilitas nuklir Iran. Pertempuran udara sengit itu kemudian diakhiri dengan gencatan senjata.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak mengesampingkan kemungkinan untuk menargetkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Pezeshkian, dalam wawancaranya, menuduh Netanyahu memiliki agenda pribadi untuk menciptakan "perang selamanya" di Timur Tengah. Ia mendesak Amerika Serikat untuk tidak terlibat dalam konflik tersebut. Ia menambahkan bahwa Iran bersedia untuk memulai kembali perundingan nuklir dengan AS, asalkan rasa saling percaya dapat dibangun kembali. Pezeshkian memperingatkan bahwa AS memiliki dua pilihan dalam menghadapi Iran: perdamaian atau perang.