Bencana banjir bandang melanda Hill Country, Texas, sejak 4 Juli lalu, meninggalkan duka mendalam. Hingga kini, jumlah korban jiwa telah mencapai 100 orang, termasuk 27 anak-anak dan remaja perempuan yang tengah berkemah di Camp Mystic, tepi Sungai Guadalupe.
"Jumlah korban meninggal yang terkonfirmasi di Kerr County, wilayah yang paling parah terdampak, telah meningkat menjadi 84 orang. Sepuluh peserta perkemahan Camp Mystic dan satu konselor masih dinyatakan hilang," demikian pernyataan dari kantor sheriff setempat pada Selasa (8/7/2025).
Selain di Kerr County, setidaknya 17 kematian juga tercatat di wilayah-wilayah terdekat lainnya.
Banjir diakibatkan oleh luapan Sungai Guadalupe yang terjadi sejak pukul 03.00 pagi waktu setempat. Ketinggian air naik drastis, mencapai sekitar 30 cm setiap lima menit. Pada pukul 04.40, air sungai telah melonjak lebih dari 6 meter, menyebabkan banjir bandang yang menyapu segala sesuatu di sekitarnya, termasuk manusia, kendaraan, dan bangunan.
Layanan Cuaca Nasional (NSW) sebenarnya telah mengeluarkan peringatan sejak pukul 01.00 pagi. Namun, peringatan tersebut tidak sampai kepada semua orang, terutama di area perkemahan yang melarang penggunaan telepon dan memiliki sinyal yang tidak stabil.
Seorang ilmuwan iklim dari Universitas Oxford, Mireia Ginesta, menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim. "Perubahan iklim sudah memengaruhi kita, jadi kita perlu beradaptasi," ujarnya. Ia juga menekankan perlunya pemangkasan emisi dan alokasi dana yang memadai untuk layanan prakiraan cuaca dan penelitian perubahan iklim.
NSW, seperti badan-badan lainnya, diketahui mengalami pemangkasan staf di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Meskipun demikian, para ahli menilai bahwa prakiraan cuaca NSW telah bekerja dengan baik dalam situasi tersebut.
Menurut ilmuwan iklim Daniel Swain, kegagalan utama bukanlah pada buruknya prediksi cuaca, melainkan pada penyebaran peringatan yang tidak efektif.
