Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jakarta menghadirkan ancaman kesehatan serius, salah satunya adalah leptospirosis. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengimbau warga terdampak banjir untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira Interrogans ini.
Leptospirosis merupakan penyakit endemis di Indonesia dan telah dikenal sejak lama. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat adanya 39 kasus leptospirosis hingga pertengahan tahun ini. Kasus terbanyak terjadi pada bulan Februari, sementara satu kasus terbaru dilaporkan berasal dari Cilincing, Jakarta Utara.
Pakar kesehatan mengingatkan bahwa infeksi leptospirosis dapat terjadi ketika seseorang yang memiliki luka terbuka terpapar air banjir yang tercemar urine atau kotoran tikus yang mengandung bakteri Leptospira.
Gejala Leptospirosis yang Perlu Diwaspadai:
- Demam tinggi (di atas 38 derajat Celcius)
- Sakit kepala
- Badan terasa lemas
- Nyeri pada betis hingga sulit berjalan
- Kemerahan pada mata
- Mata dan kulit menguning
Pencegahan Leptospirosis:
Cara terbaik untuk mencegah leptospirosis adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan dan meminimalkan populasi tikus di sekitar tempat tinggal.
Selain leptospirosis, banjir juga dapat memicu masalah kesehatan lainnya, seperti hipotermia akibat paparan suhu dingin yang berkepanjangan dan masalah kulit akibat kontak dengan air banjir yang kotor.
Saat ini, sejumlah wilayah di Jakarta masih terendam banjir dengan ketinggian air bervariasi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta terus memantau perkembangan situasi dan melakukan upaya penanganan banjir.
Jaga diri dan keluarga Anda dari ancaman penyakit pasca banjir. Selalu utamakan kebersihan dan kesehatan lingkungan.