Kimia Farma Berhasil Pangkas Kerugian Hingga Triliunan Rupiah di Tahun 2024

Jakarta – PT Kimia Farma Tbk (KAEF) berhasil mencatatkan penurunan kerugian bersih yang signifikan, mencapai Rp 1,05 triliun pada tahun 2024. Keberhasilan ini diraih berkat strategi penjualan yang berfokus pada peningkatan profitabilitas, optimalisasi kinerja biaya, dan efektivitas restrukturisasi utang dengan sejumlah bank.

Menurut keterangan resmi perusahaan, upaya transformasi bisnis yang dijalankan sejak tahun lalu telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan penjualan, penurunan beban pokok penjualan (COGS), dan penurunan beban usaha secara keseluruhan.

Kimia Farma menjalankan tiga strategi utama untuk menghadapi persaingan di industri farmasi nasional yang semakin ketat. Pertama, penguatan fundamental bisnis dilakukan melalui penyederhanaan portofolio produk dengan memprioritaskan produk unggulan yang memiliki nilai tinggi dan margin yang kompetitif.

Kedua, optimalisasi saluran penjualan dilakukan untuk memperluas jangkauan pasar dan memperkuat penetrasi, dengan tujuan meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Ketiga, perusahaan memperkuat digitalisasi di sektor apotek dan inovasi produk melalui pengembangan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan tren kesehatan masyarakat. Selain itu, Kimia Farma juga menjalankan optimalisasi keuangan melalui efisiensi biaya dan pengendalian operasional, termasuk optimalisasi harga pokok penjualan (HPP).

Efisiensi yang dilakukan oleh seluruh entitas anak perusahaan berhasil menurunkan beban pokok penjualan (COGS) sebesar 1,02% menjadi Rp 6,99 triliun, dibandingkan dengan Rp 7,06 triliun pada tahun 2023. Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan laba bruto perseroan sebesar 4,96% secara tahunan (YoY). Sementara itu, beban usaha pada tahun 2024 juga turun 15,68% menjadi Rp 3,79 triliun dibandingkan dengan Rp 4,49 triliun pada tahun 2023.

Pertumbuhan laba bersih (Net Income) Kimia Farma pada tahun 2024 mengalami pertumbuhan 46,56% secara tahunan (YoY), dari kerugian Rp 2,26 triliun pada tahun 2023 menjadi kerugian Rp 1,20 triliun pada tahun 2024.

Perusahaan menegaskan komitmennya untuk terus melakukan pembenahan internal, termasuk optimalisasi aset dan struktur bisnis, sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin solid di masa mendatang.

Scroll to Top