Presiden Iran Dikritik Usai Sinyalkan Pembicaraan dengan AS

Teheran – Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menuai sorotan tajam setelah membuka kemungkinan untuk kembali berunding dengan Amerika Serikat (AS). Sikap ini dianggap terlalu akomodatif, terutama setelah serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran bulan lalu.

Kritik muncul pasca wawancara Pezeshkian dengan tokoh media AS, Tucker Carlson. Dalam wawancara itu, Pezeshkian menyatakan tidak ada masalah untuk melanjutkan perundingan asalkan kepercayaan antara kedua negara bisa dipulihkan. Pernyataan ini kontras dengan situasi terkini, di mana Iran masih berduka atas serangan Israel pada 13 Juni lalu yang menewaskan sejumlah komandan militer dan ilmuwan nuklir Iran.

Menurut pengumuman resmi, lebih dari seribu orang tewas akibat serangan Israel dalam konflik yang sedang berlangsung. Serangan itu sendiri terjadi hanya dua hari sebelum putaran perundingan nuklir yang direncanakan antara Teheran dan Washington, dan sejak itu perundingan terhenti.

Media garis keras Iran, Kayhan, mengecam pernyataan Pezeshkian. Mereka berpendapat bahwa AS hanya memanfaatkan perundingan untuk menunda waktu dan mempersiapkan serangan. Perang antara Iran dan Israel turut menyeret AS, yang melakukan pengeboman terhadap beberapa fasilitas nuklir Iran. Gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai baru berlangsung sejak 24 Juni.

Surat kabar konservatif Javan juga mengkritik Pezeshkian, menilai pernyataannya "terlalu lunak". Javan menekankan pentingnya menyampaikan kemarahan publik dan ketidakpercayaan terhadap Amerika dalam percakapan dengan media AS.

Namun, surat kabar reformis Ham Mihan justru memuji "pendekatan positif" Pezeshkian. Mereka berpendapat bahwa pejabat Iran seharusnya lebih aktif di lanskap media internasional dan Amerika.

Dalam wawancara dengan Carlson, Pezeshkian menekankan pentingnya membangun kembali kepercayaan sebelum melanjutkan perundingan. Ia mempertanyakan bagaimana Iran bisa percaya bahwa Israel tidak akan menyerang lagi di tengah perundingan.

Scroll to Top