Indonesia Perkuat Suara Negara Berkembang di BRICS: Lebih Unggul dari G7?

Kehadiran Indonesia bersama negara-negara lain dalam aliansi BRICS kian memperkokoh posisinya, bahkan berpotensi melampaui dominasi kelompok negara maju G7 yang didukung oleh Amerika Serikat. Saat ini, BRICS mencakup 40% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global dan mewakili sekitar 56% populasi dunia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa kekuatan ekonomi BRICS terus bertumbuh. Berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity), BRICS telah melampaui G7. Hal ini menjadi pendorong BRICS untuk menjadi representasi suara Global South di forum internasional.

Presiden Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil, dengan tema "Memperkuat Kerja Sama Global South untuk Tata Kelola yang Lebih Inklusif dan Berkelanjutan."

Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendukung perdamaian dunia melalui pendekatan multilateralisme dan menjunjung tinggi prinsip hukum internasional. Indonesia menolak perang dan standar ganda dalam tatanan global, serta mendorong reformasi sistem multilateral dan peningkatan keterwakilan negara-negara Global South dalam tata kelola global, khususnya di institusi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Presiden Prabowo sejalan dengan mayoritas peserta KTT dalam mendorong reformasi multilateral dan peningkatan peran Global South dalam tata kelola global, khususnya di PBB, dengan harapan kepemimpinan BRICS dapat mendorong multilateralisme yang lebih adil.

BRICS diharapkan menjadi katalisator dalam mewujudkan multilateralisme yang lebih berkeadilan. Indonesia secara konsisten mendukung Palestina dan menekankan pentingnya semangat Bandung untuk dilanjutkan dalam forum BRICS.

Indonesia menyoroti urgensi menghidupkan kembali multilateralisme di tengah konstelasi global yang semakin multipolar. Selain itu, peningkatan kerja sama ekonomi antar negara-negara Global South dan optimalisasi peran New Development Bank (NDB) menjadi prioritas.

Kemitraan ekonomi negara berkembang sangat penting, dan pemanfaatan NDB diharapkan dapat ditingkatkan. Saat ini, NDB menangani 120 proyek senilai sekitar 39 miliar dolar AS, termasuk proyek energi bersih, infrastruktur, serta proyek berkelanjutan dan ramah lingkungan.

KTT BRICS menghasilkan Leaders’ Declaration yang memuat sejumlah kesepakatan strategis, di antaranya:

  • Komitmen memperkuat multilateralisme dan mendorong reformasi tata kelola global.
  • Promosi perdamaian dan keamanan internasional serta stabilitas global.
  • Pendalaman kerja sama ekonomi, perdagangan, dan keuangan internasional.
  • Perubahan iklim dan pengembangan pembangunan berkelanjutan yang adil dan inklusif.
  • Penguatan kemitraan untuk memajukan pembangunan manusia, sosial, dan budaya.

Leaders’ Declaration ini penting bagi Indonesia, terutama dalam menyerap pasar produk-produk Indonesia di tengah ketidakpastian global. Selain itu, perhatian terhadap perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan yang adil dan inklusif menjadi fokus utama, serta kemitraan untuk memajukan pembangunan manusia, sosial, dan budaya.

Scroll to Top