Rupiah Tak Gentar Tarif Trump, Analis Optimis Penguatan Lanjut

Keputusan Presiden AS, Donald Trump, untuk tetap mengenakan tarif impor 32% ke Indonesia, meski telah diupayakan negosiasi selama 90 hari, ternyata tak membuat rupiah bertekuk lutut terhadap dolar AS.

Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah justru menguat ke Rp 16.200 per dolar AS, dari posisi pembukaan di Rp 16.265.

Para ekonom memiliki pandangan beragam mengenai fenomena ini. Seorang ekonom dari UOB Indonesia berpendapat, sulit untuk menjelaskan secara spesifik sentimen pasar keuangan terkait ketidakpastian global akibat kebijakan Trump. Namun, kemungkinan pasar sudah mulai terbiasa dengan "perang tarif" yang dilancarkan Trump.

Sementara itu, ekonom dari Bank Central Asia (BCA) melihat penguatan rupiah didorong oleh optimisme pasar terhadap kelanjutan perundingan tarif, yang masih terbuka hingga 1 Agustus 2025. Ekspektasi bahwa tarif ini belum final menjadi katalis positif.

Oleh karena itu, diperkirakan rupiah masih berpotensi menguat dalam jangka pendek, dengan kisaran Rp 16.150-16.350 per dolar AS. Namun, kewaspadaan tetap tinggi terhadap potensi dampak negatif tarif yang lebih tinggi dari negara ASEAN lain terhadap perekonomian.

Senada, ekonom dari Permata Bank memprediksi rupiah akan menguat hari ini, dengan rentang Rp 16.150-16.250 per dolar AS. Investor masih melihat peluang negosiasi oleh Trump, sehingga sentimen pasar cenderung mereda. Mayoritas mata uang Asia pun mengalami apresiasi terhadap dolar AS.

Scroll to Top