Jika berbicara tentang film horor yang menakutkan, pikiran kita langsung dipenuhi dengan berbagai judul dari berbagai negara. Hollywood punya "The Conjuring", Jepang punya "Ju-On", dan Indonesia tentu saja memiliki "Pengabdi Setan".
Namun, ada satu film horor yang sangat berbeda dari yang lain. Film ini tidak menampilkan hantu atau rumah berhantu, tetapi justru membuat bulu kuduk merinding karena diangkat dari kisah nyata yang dipenuhi keputusasaan.
Film ini berjudul "Open Water". Dirilis pada tahun 2003, film ini disutradarai oleh Chris Kentis. Alur ceritanya mungkin terdengar sederhana: tentang pasangan yang hilang saat menyelam. Namun, jangan salah. Kesederhanaan inilah yang membuat film ini terasa begitu dekat dan menakutkan.
Kisah nyata di balik film ini terjadi pada tahun 1998. Sepasang suami istri asal Amerika, Tom dan Eileen Lonergan, berlibur ke Australia. Salah satu agenda mereka adalah menyelam di Great Barrier Reef, yang dikenal sebagai salah satu surga bawah laut terindah di dunia.
Pada tanggal 25 Januari, mereka bergabung dengan tur menyelam bersama rombongan lainnya. Namun, inilah awal mula mimpi buruk mereka. Setelah sesi menyelam selesai, kapal yang mereka tumpangi meninggalkan mereka begitu saja di tengah laut.
Tidak ada yang menyadari bahwa mereka belum kembali ke kapal. Lebih parahnya lagi, kejadian ini baru disadari dua hari kemudian.
Bayangkan, dua orang manusia terombang-ambing di lautan luas, sendirian, dan tanpa bantuan. Meskipun tim penyelamat telah dikerahkan, mereka tidak pernah ditemukan. Hanya pakaian selam milik Eileen yang ditemukan robek di pantai sebulan kemudian. Tidak ada jasad, tidak ada jawaban hingga kini.
Chris Kentis kemudian mengadaptasi kisah ini ke layar lebar dalam film berdurasi 79 menit. Dibintangi oleh Blanchard Ryan dan Daniel Travis sebagai pasangan fiktif Susan dan Daniel, film ini tidak banyak menggunakan efek atau set mahal. Bahkan, biaya produksinya hanya sekitar USD 120 ribu, tetapi berhasil meraup lebih dari USD 55 juta di seluruh dunia. Fantastis, bukan?
Kekuatan "Open Water" terletak pada pendekatannya yang realistis. Tidak ada adegan heroik, tidak ada penyelamatan dramatis, tidak ada plot twist besar. Yang ada hanyalah dua manusia yang perlahan-lahan kehilangan harapan di tengah laut. Mereka berusaha tetap tenang, lalu mulai panik, kelelahan, saling menyalahkan, dan akhirnya menyerah.
Sebagai penonton, Anda hanya bisa menyaksikan, tidak bisa membantu, tidak bisa melakukan apa pun. Inilah yang membuat film ini terasa seperti horor yang paling nyata: rasa tidak berdaya total.
"Open Water" bukanlah film horor yang mengagetkan atau penuh darah. Justru karena minim efek, film ini lebih menghantam secara emosional. Kita tidak hanya takut akan nasib mereka, tetapi juga ikut merasakan kehancuran mental mereka dari detik ke detik.
Yang paling menyesakkan adalah kenyataan bahwa film ini diangkat dari kisah nyata. Kita tahu akhirnya tidak bahagia. Kita tahu, apa pun yang mereka lakukan di film, mereka tetap tidak selamat.
Banyak yang menyebut film ini sebagai salah satu horor psikologis yang paling mengganggu. Bukan karena monster atau hantu, tetapi karena monster terbesar dalam film ini adalah ketidakpedulian manusia dan alam yang dingin.