Pemerintahan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat disebut-sebut sedang mempertimbangkan untuk mengakui penguasaan Rusia atas Crimea. Langkah kontroversial ini kabarnya merupakan bagian dari upaya mencapai kesepakatan damai yang bertujuan mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Usulan ini, yang bertujuan membantu mengakhiri konflik, mencakup penerapan gencatan senjata di sepanjang garis depan pertempuran. Kerangka kerja yang diusulkan telah dibagikan kepada para pejabat Eropa dan Ukraina dalam pertemuan baru-baru ini di Prancis.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio dilaporkan telah menyampaikan proposal tersebut kepada Menlu Rusia Sergey Lavrov melalui sambungan telepon. Amerika Serikat masih memiliki beberapa detail kerangka kerja yang perlu diselesaikan, dan berencana untuk bekerja sama dengan Ukraina dan Eropa untuk memfinalisasi proposal tersebut. Utusan Timur Tengah Steve Witkoff juga akan berdiskusi dengan pejabat Rusia untuk mendapatkan persetujuan atas kerangka kerja yang diusulkan AS secara keseluruhan.
Sebelumnya, Trump menyatakan bahwa AS akan menarik diri dari negosiasi damai jika tidak ada kemajuan yang dicapai. Dia juga enggan menyalahkan Rusia atau Ukraina atas kebuntuan tersebut.
Sejak kampanye pemilihan presiden tahun lalu, Trump berulang kali menyatakan akan menyelesaikan perang Rusia-Ukraina dalam waktu singkat. Namun, setelah empat bulan menjabat, gencatan senjata masih belum terwujud.
Rusia mencaplok Crimea pada tahun 2014 setelah kejatuhan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych. Tindakan ini dianggap ilegal oleh komunitas dan organisasi internasional, yang menolak mengakui Crimea sebagai bagian dari Rusia. Crimea, yang secara fisik dan politik merupakan bagian dari Ukraina, telah berada di bawah pendudukan Rusia sejak aneksasi tersebut. Rusia bahkan menggunakan Crimea sebagai pangkalan untuk menyerang Ukraina saat melancarkan invasi pada Februari 2022.